Selasa, 31 Desember 2013

Catatan Hesty : Pemerkosaan Penuh Kenikmatan

Suatu saat suamiku harus meneruskan S2nya ke luar negeri untuk tugas perusahaan. Aku mengantar kepergian suamiku sampai di bandara. Demikian sejak itu, aku harus membiasakan hidupnya dengan jadwal tugas suamiku, suatu hari menjelang sore hari, setelah menyediakan makan malam di atas meja, yang pada saat ini harus disiapkan sendiri, sebab pembantuku sedang pulang kampung, karena mendadak ada keluarga dekatnya di kampung yang sakit berat.

John, teman suamiku yang orang Italy pada waktu mereka sekolah di Inggris bersama, sedang mendapat tugas di Indonesia sementara ini tinggal dirumah. Telah hampir satu bulan John tinggal bersama kami, istrinya tetap berada di Italy. Seperti biasanya setelah selesai makan bersama, aku kembali kekamar dan karena udara diluar terasa panas aku ingin mengambil shower lalu aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk berpancur.

Letak kamar mandi menyambung dengan kamar tidurnya. Setelah selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku dan dengan hanya membungkus tubuhku dengan handuk mandi, aku membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam kamar tidurku. Disudut seberang kamar tidur yang tidak tertutup pintunya terlihat John sedang santai dikamarnya, rupanya dia telah selesai makan dan masuk ke kamarnya untuk nonton TV memang dia lebih senang di dalam kamar yang lantainya dilapisi karpet tebal dan udaranya dingin oleh AC.

Dengan masih dililit handuk, aku duduk di depan meja rias untuk mengeringkan dan bersisir rambut. Pada saat itu John kulihat dari cerminku mendadak bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mondar mandir di dalam ruangan kamarnya, terlihat malam ini John agak gelisah, tidak seperti biasa yang selalu menutup pintu kamarnya, malam ini dia mondar mandir dan sekali-sekali matanya yang biru kecoklatan melihat ke arahku yang sedang duduk menyisir rambutku.

Melihat John seperti itu, aku bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu untuk menutup pintu kamarku, aku sempat melihat John tersenyum padaku sambil berkata, "Hai Hesty kau cantik sekali malam ini..!".

Tiba tiba John langsung berdiri melintas kamarnya, tanpa aba-aba salah satu kakinya menahan pintu kamarku lalu tangannya yang kekar mencoba menggapai pinggangku, tercium olehku bau alkohol dari mulutnya rupanya John baru saja minum whisky, "..John, sadar.. aku Hesty istri temanmu..!

John bisa bicara dalam bahasa Indonesia, aku mencoba berbalik dan karena eratnya pegangannya di pinggangku, aku terhuyung-huyung dan aku jatuh telentang di lantai yang dilapisi karpet tebal. Kedua kakiku terpentang lebar, sehingga handuk yang tadinya menutupi bagian bawahku tersingkap, yang mengakibatkan bagian bawahku terbuka polos terlihat bagian pahaku yang putih mulus masih agak basah karena belum sempat kering dengan betul.

Rupanya minuman keras sangat mempengaruhi pikiran John yang sudah begitu lama tidak kencan dengan wanita, John dengan cepat berjalan ke arahku yang sedang telentang di lantai dan sekarang jongkok diantara kedua kakiku yang terbuka lebar itu. Dengan cepat kepalanya telah berada diantara pangkal pahaku dan tiba-tiba terasa lidahnya yang kasar dan basah itu mulai menjilati pahaku, hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli. Aku mencoba menarik badannya ke atas untuk menghindari serbuannya pada pahaku, akan tetapi tangannya begitu kekar tubuhnya terlihat besar dan atletis menahan tubuhku.

John menunjukan matanya yang jalang, yang membuat aku ketakutan sehingga badanku terdiam dengan kaku. Kedua matanya melotot dengan buas melihat ke arah selangkanganku, kepalanya berada diantara kedua pahaku. Jilatannya makin naik ke atas dan tiba-tiba badanku menjadi kejang ketika bibir John itu terasa menyentuh pinggir dari belahan bibir kemaluanku dari bawah terus naik ke atas dan akhirnya badanku terasa meriang ketika lidah John yang besar basah dan kasar itu menyentuh klitorisku dan menggesek dengan suatu jilatan yang panjang, yang membuat aku terasa terbang melayang-layang bagaikan layang-layang putus ditiup angin.

"..Aaarrgghh..!" tak terasa keluar keluhan panjang dari mulutku.

Tubuhku terus bergetar-getar seperti orang kena setrum dan mataku terbeliak melihat kearah lidah John yang bolak balik menyapu belahan bibir kemaluanku dan dengan tanpa kusadari kedua pahaku makin kubuka lebar, memberikan peluang yang makin besar pada lidah John bermain-main pada belahan kemaluanku. Dengan tak dapat ditahan lagi, cairan pelumas mulai membanjiri keluar dari dalam kemaluanku dan dari cairan ini makin membuat John makin giat memainkan lidahnya terus menyapu dari bawah ke atas, mulai dari permukaan lubang anusku naik terus menyapu belahan bibir vaginaku sampai pada puncaknya yaitu pada klitorisku.

Ohh.. sshh.. gilaa.. aku dibuat melayang..! dengan cepat vaginaku menjadi basah kuyup oleh cairan birahi yang keluar terus menerus dari dalam vaginaku. Sejenak aku seakan-akan lupa diri, terbawa oleh nafsu birahi yang melanda..! akan tetapi pada saat berikut aku baru sadar akan situasi yang menimpaku.

"Aduuhh benar-benar gila ini, aku terbuai oleh nafsu karena sentuhan seorang laki laki bule.. aahh.. tidak.. tidak bisa ini terjadi!", dengan cepat aku menarik tubuhku dan mencoba bergulir membalik badan untuk bisa meloloskan diri dari John.

Dengan membalik badan, sekarang aku merangkak dengan kedua tangan dan lutut dan rupanya ini suatu gerakan yang salah yang berakibat sangat sangat fatal bagiku karena dengan tiba-tiba terasa sesuatu tenaga yang besar menahan pinggangku dan ketika masih dalam keadaan merangkak itu aku menoleh kepalaku ke belakang, terlihat John dengan kedua tangannya merangkul pinggangku dan kepalanya mendekap punggungku tangannya mencoba menarik handuk yang hanya tinggal separoh melilit badanku, badannya yang berat itu menekan tubuhku.

Aku mencoba merangkak maju dan berpegang pada tepi tempat tidur untuk mencoba berdiri, akan tetapi tiba-tiba John menekan badannya yang beratnya hampir 80 Kg itu sehingga posisiku yang sudah setengah berlutut, karena beratnya badan John, akhirnya aku tersungkur ke tempat tidur dengan posisi berlutut di pinggir tempat tidur dan separuh badan tertelungkup di atas tempat tidur, di mana badan John menindih badanku. Kedua kaki John berlutut sambil bertumpu di lantai diantara kedua pahaku yang agak terkangkang dan karena posisi badanku yang tertelungkup itu, akhirnya handuk yang setengah melilit dan menutupi badanku lepas, sehingga seluruh tubuhku terbuka telanjang dengan lebar. Terdengar John mendesah melihat pinggangku yang ramping serta bongkahan pantatku yang bulat menonjol.

"..Oh..Hesty tak kusangka kau begitu sexy..!" Tubuh John makin dirapatkan ketubuhku, sehingga terasa pantatku tergesek oleh kedua pahanya yang besar dan berbulu.

Dalam usaha merenggangkan kedua kakiku, tangan John bergerak-gerak di selangkanganku dan tanpa dapat dihindari bagian bawah vaginaku tergesek-gesek oleh jari jarinya yang besar besar itu. Bagai terkena aliran listrik aku menjerit, "Ouch..! ..Jooohn.. jaangaan..!"

Aku mencoba melawannya, tetapi kedua tanganku tidak dapat digerakkan karena terhimpit diantara badanku sendiri. Tiba-tiba aku merasakan ada suatu benda kenyal, bulat panas terhimpit pada belahan pantatku dan tiba-tiba aku menyadari akan bahaya yang akan menimpaku, John rupanya sudah mulai beraksi dengan menggesek-gesekan batang kemaluannya pada belahan kenyal pantatku.

"Auoohh.. John.. stopp..! pleasee.. aach..!" dengan panik aku mencoba menyuruhnya berhenti melakukan aksinya, akan tetapi seruan itu tidak dipedulikan oleh John malahan sekarang terasa gerakan-gerakan menusuk nusuk benda tersebut pada belahan bongkahanku mula-mula perlahan dan semakin lama semakin gencar saja. Aku menoleh ke kanan, ke arah kaca besar lemari yang persis berada di samping kanan tempat tidur, terlihat batang kemaluan orang asing tersebut telah tegang dan ya ampun.. besaar sekali..! dan terlihat batang kemaluannya yang merah berurat bagai sosis besar dengan ujungnya berbentuk agak bulat sedang menggesek gesek bagian pantatku. Rupanya Orang asing ini sudah sangat terangsang dan sekarang dia sedang berusaha memperkosaku. Aku benar-benar menjadi panik, bagaimana tidak.. aku akan diperkosa oleh teman suamiku yang tampak sedang kesetanan oleh nafsu birahinya.

Tanpa kusadari sodokan-sodokan batang kemaluan John semakin gencar saja, sehingga aku yang melihat melalui cermin gerakan pantat bule yang bahenol pahanya yang kekar benar-benar membuatku terpana karena gerakan tekanan-tekanan ke depan pantatnya benar-benar sangat cepat dan gencar, terasa sekarang serangan-serangan kepala batang kemaluannya tersebut mulai menimbulkan perasaan geli pada belahan pantatku dan kadang-kadang ujung batang kemaluannya menyentuh dengan cepat lubang anusku, menimbulkan perasaan geli yang amat sangat.

Terlihat kedua kakinya melangkah ke depan, sehingga sekarang kedua pahanya yang berbulu memepeti kedua pahaku dan gerakan tekanan dan cocolan-cocolan kepala batang kemaluannya mulai terarah menyentuh bibir kemaluanku, aku menjadi bertambah panik, disamping perasaan yang mulai terasa tidak menentu, karena sodokan-sodokan kepala batang kemaluan John menimbulkan perasaan geli dan mulai membangkitkan nafsu birahiku yang sama sekali aku tidak kehendaki.

Akhirnya dengan suatu gerakan dan tekanan yang cepat, John mendorong pantatnya ke depan dengan kuat, sehingga kemaluannya yang telah terjepit diantara bibir kemaluanku yang memang telah basah kuyup dan licin itu, akhirnya terdorong masuk dengan kuat dan terbenam ujung kemaluannya kedalam vaginaku, diikuti dengan jeritan panjang kepedihan yang keluar dari mulutku.

"Aduuhh..!" kepalaku tertengadah ke atas dengan mata yang melotot serta mulut yang terbuka megap-megap kehabisan udara serta kedua tangan mencengkeram dengan kuat pada kasur. Akan tetapi John, tanpa memberikan kesempatan padaku untuk berpikir dan menyadari keadaan yang sedang terjadi, dengan cepat mulai memompa batang kemaluannya dengan gerakan-gerakan yang beringas, tanpa mengenal kasihan pada istri temannya yang baru pertama kali ini menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya dalam vaginaku.

"Aaahh..!" tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang besar, benar-benar besar sedang mulai memaksa masuk ke dalam vaginaku, memaksa bibir vaginaku membuka sebesar-besarnya, rasanya sampai sebatas kemampuan yang bisa kutolerir. Aku menoleh ke arah cermin untuk melihat apa yang sedang memaksa masuk ke dalam vaginaku itu dan.., "Aaaduuhh.. gila.. benar-benar fantastis besarnya batang penis bule ini" keluhku, terlihat bagian pangkal belakang batang kemaluan John sepanjang kurang lebih 5 cm membengkak, membentuk seperti bonggol, dan dari bagian tersebut sedang mulai dipaksakan masuk, menekan bibir-bibir kemaluanku dan secara perlahan-lahan menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku .

"Ooohh.. aampun.. jangan John.. aku tidak sanggup kalau engkau memaksakan benda itu masuk ke dalam vaginaku!" aku memelas tak berdaya mengharapkan John akan mengerti, akan tetapi sia-sia saja, dengan mata melotot aku melihat benda tersebut mulai menghilang ke dalam liang kemaluanku, "Hesty.. nanti kalau sudah masuk semuanya dan licin kau akan merasakan kenikmatan yang kamu belum pernah rasakan sebelumnya..!"

John mencoba menenangkanku, kepalaku tertengadah ke atas dan mataku terbalik ke belakang sehingga bagian putihnya saja yang kelihatan, dan sekujur badanku mengejang, bongkahan tersebut terus menerobos masuk ke dalam lubang vaginaku, sampai akhirnya seluruh lubang kenikmatanku dipenuhi oleh kepala, batang kemaluan dan bongkahan pada pangkal batang kemaluan bule tersebut.

Oh.. benar-benar terasa sesak dan penuh rongga vaginaku dijelali oleh keseluruhan batang kemaluan bule tsb. Dalam keadaan itu John terus melanjutkan menekan-nekan pantatnya dengan cepat, membuat badanku ikut bergerak-gerak karena belakang batang kemaluannya telah terganjal di dalam lubang kemaluanku akibat bongkahan pada pangkal batang kemaluannya yang besar itu.

Pantat John tersebut terus bergerak-gerak dengan liarnya, sambil bibirnya menciumi pundakku yang sudah tidak ditutupi handuk, terengah-engah dan mendengus-dengus, hal ini mengakibatkan batang kemaluannya dan bongkahan tersebut mengesek-gesek pada dinding-dinding vaginaku yang sudah sangat sangat kencang dan sensitif mencengkeram, yang menimbulkan perasaan geli dan nikmat yang amat sangat.. aku mulai menyadari betapa hebatnya kenikmatan yang sedang menyelubungi seluruh sudut-sudut yang paling dalam di relung tubuhku akibat sodokan-sodokan batang kemaluan bule dalam rongga vaginaku yang menjepit erat sehingga kepalaku tergeleng-geleng ke kiri dan ke kanan dengan tak terkendali dan dengan histeris pantatku kutekan ke belakang merespon perasaan nikmat yang diberikan oleh John, yang tak pernah kualami selama ini.

"Ooohh.. tidaak..!" pikirku, "Aku tak pantas mengalami ini.. aku bukan seorang maniak seks! Aku selama ini tidak pernah nyeleweng dengan siapa pun.. ta. taapii.. sekarang.. oohh seorang bule? Adduuhh! Tapii.. oohh.. enaaknya.. aghh.. akuu.. tak dapat menahan ini.. agghh.. aku tak menyadari betapa nikmaatnya.. penis besar dari seorang bule yang perkasa ini..! sshh.. aaqhh..! Ooohh.. benar juga katanya belum pernah aku merasakan begini dahsyat rasa nikmaatnyaa..!" "..Ssshh.. aachh.. apa yang harus kulakukan..??
Batang kemaluannya yang luar biasa besar itu dengan cepat keluar masuk melicinkan lubang kemaluanku tanpa mempedulikan betapa besar batang kemaluannya yang akan dimasukkan itu dibandingkan dengan daya tampung vaginaku. Akhirnya seluruh batang kemaluan bule itu masuk, dari setiap gerakan menyebabkan keseluruhan bibir vaginaku mengembang dan mencengkeram batangnya dan klitorisku yang sudah keluar semuanya dan mengeras ikut tertekan masuk ke dalam, di mana klitorisku terjepit dan tergesek dengan batang kemaluannya yang besar dan berurat itu, walaupun terasa penuh sesak tetapi lubang vaginaku sudah semakin licin dan lancar, "..Ooohh..mengapa aku jadi keenakan.? ini tak mungkin terjadi..!" pikirku setengah sadar.


"Aku mulai menikmati diperkosa oleh teman suamiku, bule lagi? gilaa..!" sementara perkosaan itu terus berlangsung, desiran darahku terasa mengalir semakin cepat secepat masuknya batang kemaluannya yang luar biasa besar itu, pikiran warasku perlahan-lahan menghilang kalah oleh permainan kenikmatan yang sedang diberikan oleh keperkasaan batang kemaluannya yang sedang 'menghajar' liang kenikmatanku, perasaanku seakan-akan terasa melayang-layang di awan-awan dan dari bagian vaginaku yang dijejali batang kemaluannya yang super besar itu terasa mengalir suatu perasaan mengelitik yang menjalar ke seluruh bagian tubuh, membuat perasaan nikmat yang terasa sangat fantastis yang belum pernah aku rasakan sedemikian dahsyat, membuat mataku terbeliak dan terputar-putar akibat pengaruh batang kemaluan John yang begitu besar dan begitu dahsyat mengaduk-aduk seluruh bagian yang sensitif di dalam vaginaku tanpa ada yang tersisa satu milipun.



Keseluruhan syaraf syaraf yang bisa menimbulkan kenikmatan dari dinding dalam vaginaku tak lolos dari sentuhan, tekanan, gesekan dan sodokan kepala dan batang kemaluan John yang benar-benar besar itu, rasanya paling tidak tiga kali besarnya dari batang kemaluan suamiku tapi seratus kali lebih nikmaat..! dan cara gerakan pantat bule perkasa ini bergerak memompakan batang kemaluannya keluar masuk ke dalam vaginaku, benar-benar fantastis sangat cepat, membuatku tak sempat mengambil nafas ataupun menyadari apa yang terjadi, hanya rasa nikmat yang menyelubungi seluruh perasaanku, pandanganku benar benar gelap membuat secara total aku tidak dapat mengendalikan diri lagi.



Akhirnya aku tidak dapat mengendalikan diriku lagi, rasa bersalah kalah oleh kenikmatan yang sedang melanda seluruh tubuhku dari perasaan yang begitu nikmat yang diberikan John padaku, dengan tidak kusadari lagi aku mulai mendesah menggumam bahkan mengerang kenikmatan, pikiranku benar benar melambung tinggi.. Tanpa malu aku mulai mengoceh merespons gelora kenikmatan yang menggulung diriku, "Ooohh.. John you're cock is so biig.. so fuull.. so good..!! enaakk.. sekaalii..!! aaggh..! teruuss.. Fuuck mee Joohn.."



Aku benar-benar sekarang telah berubah menjadi seekor kuda binal, aku betinanya sedang ia kuda jantannya. Pemerkosaan sudah tidak ada lagi di benakku, pada saat ini yang yang kuinginkan adalah disetubuhi oleh John senikmat dan selama mungkin, suatu kenikmatan yang tak pernah kualami dengan suamiku selama ini.



"Ooohh.. yess mmhh.. puasin aku John sshh.. gaaghh..! pen.. niishh.. mu.. begitu besaar dan perkasaa..! ..aarrgghh..!" terasa cairan hangat terus keluar dari dalam vaginaku, membasahi rongga-rongga di dalam lubang kemaluanku. "Aaagghh.. oohh.. tak kusangka benar-benar nikmaat.. dientot kontol bule.." keluhku tak percaya, terasa badanku terus melayang-layang, suatu kenikmatan yang tak terlukiskan.



"Aaagghh.. Joohhn.. yess.. pushh.. and.. pull.. your big fat cock..!" gerakanku yang semakin liar itu agaknya membuat John merasa nikmat juga, disebabkan otot-otot kemaluanku berdenyut-denyut dengan kuat mengempot batang kemaluannya, mungkin pikirnya ini adalah kuda betina terhebat yang pernah dinikmatinya, hangat.. sempit dan sangat liar.



Tiba tiba ia mencabut seluruh batang kemaluannya dari lubang vaginaku dan anehnya aku merasakan suatu kehampaan yang luar biasa..! Dengan tegas ia menyuruhku merangkak keatas kasur dan memintaku merenggangkan kakiku lebar lebar serta menunggingkan pantatku tinggi tinggi, oh benar benar kacau pikiranku, sekarang aku harus melayani seluruh permintaannya dan sejujurnya aku masih menginginkan 'pemerkosaan' yang fantastis ini, merasakan batang kemaluan John yang besar itu menggesek seluruh alur syaraf kenikmatan yang ada diseluruh sudut lubang vaginaku yang paling dalam yang belum pernah tersentuh oleh batang kemaluan suamiku.



Sementara otakku masih berpikir keras, tubuhku dengan cepat mematuhi keinginannya tanpa kusadari aku sudah dalam posisi yang sangat merangsang menungging sambil kuangkat pantatku tinggi tinggi kakiku kubuka lebar dan yang paling menggiurkan orang bule ini adalah liang vaginaku yang menantang merekah basah pasrah diantara bongkahan pantatku lalu, kubuat gerakan erotik sedemikian rupa untuk mengundang batang kemaluannya menghidupkan kembali gairah rangsangan yang barusan kurasakan.



Rupanya John baru menyadari betapa sexynya posisi tubuh istri temannya ini yang memiliki buahdada yang ranum pinggangnya yang ramping serta bongkahan pantatnya yang bulat, dan barusan merasakan betapa nikmatnya lubang vaginanya yang hangat dan sempit mencengkeram erat batang penisnya itu, "..Ooohh Hesty tak kusangka tubuhmu begitu menggairahkan vaginamu begitu ketat begitu nikmaat..!" aah aku begitu tersanjung belum pernah kurasakan gelora birahiku begitu meletup meletup, suamiku sendiri jarang menyanjungku, entah kenapa aku ingin lebih bergairah lagi lalu kuangkat kepalaku kulemparkan rambut panjangku kebelakang dengan gerakan yang sangat erotik.



Dengan perlahan ia tujukan 'monster cock' nya itu keliang vaginaku, aku begitu penasaran ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana caranya ia memasukkan 'benda' itu kevaginaku lalu kutengok kecermin yang ada disampingku dan apa yang kulihat benar benar luar biasaa..! jantungku berdegup kencang napasku mulai tidak beraturan dan yang pasti gelora birahiku meluap deras sekaalii..! betapa tidak tubuh john yang besar kekar bulunya yang menghias didadanya sungguh pemandangan yang luar biasa sexy buatku.! belum lagi melihat batang kemaluannya yang belum pernah kulihat dengan mata kepalaku sendiri begitu besaar, kekaar dan panjaang..!



Dan sekarang akan kembali dimasukkan kedalam liang vaginaku..! Secara perlahan kulihat benda besar dan hangat itu menembus liang kenikmatanku, bibir vaginaku memekar mencengkeram batang penisnya ketat sekali..! rongga vaginaku tersumpal penuh oleh 'big fat cock' John.
"..Ssshh.. Aaargghh..!" Aku mendesah bagai orang kepedesan ketika batang kemaluannya mulai digeserkan keluar masuk liang kenikmatanku..! nikmatnya bukan kepalang..! belum pernah kurasakan sebegini nikmaat..! besaar.. padaat.. keraas.. panjaang..! oogghh.. entah masih banyak lagi kedahsyatan batang kemaluan John ini. Dan ketika John mulai memasukkan dan mengeluarkan secara berirama maka hilanglah seluruh kesadaranku, pikiranku terasa melayang layang diawang awang, tubuhku terasa ringan hanyut didalam arus laut kenikmatan yang maha luas. Setengah jam john memompa batang kemaluannya yang besar dengan gerakan berirama, setengah jam aku mendesah merintih dan mengerang diombang ambingkan perasaan kenikmatan yang luar biasa, tiba tiba dengan gaya "doggy style' ini aku ingin merasakan lebih liar, aku ingin John lebih beringas lagi
"Yess.. John.. harder.. John.. faster.. aargh.. fuck me.. WILDER..!"



Giliran John yang terhipnotis oleh teriakanku, kurasakan tangannya mencengkeram erat pinggangku dengusan napasnya makin cepat bagai banteng terluka gerakan-gerakan tekanannya makin cepat saja, gerakan-gerakan yang liar dari batang penisnya yang besar itu menimbulkan perasaan ngilu dibarengi dengan perasaan nikmat yang luar biasa pada bagian dalam vaginaku, membuatku kehilangan kontrol dan menimbulkan perasaan gila dalam diriku, pantatku kugerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan dengan liar mengimbangi gerakan sodokan John yang makin menggila cepatnya, tiba tiba pemandanganku menjadi gelap seluruh badanku bergetar..! Ada sesuatu yang ingin meletup begitu dahsyat didalam diriku.



"Ooohh.. fuck me hard..! aaduuh.. aaghh! Joohn..! I can't hold any longerr..! terlalu eenaakk..! tuntaassin Johnn..! Aaarrghh..! I'm cummiing.. Joohn.." lenguhan panjang keluar dari mulutku dibarengi dengan glinjangan yang liar dari tubuhku ketika gelombang orgasme begitu panjaang dan dahsyaat menggulung sekujur tubuhku.



Badanku mengejang dan bergetar dengan hebat kedua kakiku kurapatkan erat sekali menjepit batang penis John seolah olah aku ingin memeras kenikmatan tetes demi tetes yang dihasilkan oleh batang kejantanannya, kepalaku tertengadah ke atas dengan mulut terbuka dan kedua tanganku mencengkeram kasur dengan kuat sedangkan kedua otot-otot pahaku mengejang dengan hebat dan kedua mataku terbeliak dengan bagian putihnya yang kelihatan sementara otot-otot dalam kemaluanku terus berdenyut-denyut dan hal ini juga menimbulkan perasaan nikmat yang luar biasa pada John karena batang kemaluannya terasa dikempot kempot oleh lobang vaginaku yang mengakibatkan sebentar lagi dia juga akan mengalami orgasme.



"..Aaarghh.. Hesty your cunt is soo tiight..! I've never crossed in my mind that your cunt so delicious..! aargh ..!" John mendengus dengus bagai kuda liar tubuhku dipeluk erat dari belakang, bibirnya menciumi tengkukku belakang telingaku dan tangannya meraih payudaraku, puting susuku yang sudah mengeras dan gatal lalu dipuntir puntirnya.. oohh sungguh luar biasaa..! kepalaku terasa kembali berputar putar, tiba tiba John mengerang keras.. tiba tiba kurasakan semburan hebat dilorong vaginaku cairan hangat dan kental yang menyembur keluar dari batang kejantanannya, rasanya lebih hangat dan lebih kental dan banyak dari punya suamiku, air mani John serasa dipompakan, tak henti-hentinya ke dalam lobang vaginaku, rasanya langsung ke dalam rahimku banyak sekali.



Aku dapat merasakan semburan-semburan cairan kental hangat yang kuat, tak putus-putusnya dari penisnya memompakan benihnya ke dalam kandunganku terus menerus hampir selama 1 menit, mengosongkan air maninya yang tersimpan cukup lama, karena selama ini dia tidak pernah bersetubuh dengan istrinya yang berada jauh di negaranya.



John terus menekan batang kemaluannya sehingga clitorisku ikut tertekan dan hal ini makin memberikan perasaan nikmat yang hebat, "..Aaarrgghh..!" tak kusangka, tubuhku bergetar lagi merasakan rangsangan dahsyat kembali menggulung sekujur tubuhku sampai akhirnya aku mengalami orgasme yang kedua dengan eranganku yang cukup panjaang, Tubuhku bagai layang layang putus ambruk dikasur.



Aku tertelungkup terengah engah, sisa sisa kenikmatan masih berdenyut denyut di vaginaku merembet keseluruh tubuhku. John membaringkan dirinya disampingku sambil mengelus punggungku dengan mesra. Seluruh tubuhku terasa tidak ada tenaga yang tersisa, ringan seenteng kapas pikiranku melayang jauh entah menyesali kejadian ini atau malah mensyukuri pengalaman yang luar biasa ini. Akhirnya aku tertidur dengan nyenyaknya karena letih.



Keesokan harinya aku terbangun dengan tubuh yang masih terasa lemas dan terasa tulang-tulangku seakan-akan lepas dari sendi-sendinya. Aku agak terkejut melihat sesosok tubuh tidur lelap disampingku, pikiranku menerawang mengingat kejadian tadi malam sambil menatap ke arah sosok tubuh tersebut, kupandangi tubuhnya yang telanjang kekar besar terlihat bulu bulu halus kecoklat-coklatan menghias dadanya yang bidang lalu bulu bulu tersebut turun kebawah semakin lebat dan memutari sebuah benda yang tadi malam 'menghajar' vaginaku, benda itu masih tertidur tetapi ukurannya bukan main.., jauh lebih besar daripada penis suamiku yang sudah tegang maksimum. Tiba tiba darahku berdesir, vaginaku terasa berdenyut, "..Oh.. apa yang terjadi pada diriku..?"

Senin, 30 Desember 2013

Catatan Nitha : Aku Dipuaskan Perampok


Foto Bugil ABG SMA Cantik Toket Mantap | juraganabg.com

Aku adalah wanita berumur 25 tahun, sekarang aku tinggal sendirian di rumahku yang terletak di salah satu komplek yang disebut sebagian orang sebagai komplek orang berduit di wilayah Jakarta. 


Aku adalah janda tanpa anak, suamiku telah meninggal enam bulan yang lalu karena kecelakaan. Saat itu usia perkimpoian kami baru menginjak tahun kedua. Rumah yang kutempati ini adalah hadiah perkimpoian untukku, suamiku membeli rumah ini atas namaku. "Sebagai bukti ketulusan sayangku padamu" katanya.

Rumah-rumah di komplekku terbilang saling berjauhan karena masing-masing rumah memiliki pekarangan yang luas. Hidup di Jakarta menyebabkan aku juga tidak begitu mengenal tetanggaku. Kami masing-masing memiliki kehidupan sendiri-sendiri.

Sering aku merasa kesepian tinggal sendiri di rumah ini, tapi aku tidak mau menggunakan jasa pramuwisma, aku ingin mengerjakan pekerjaan rumahku sendiri. Alasanku pada mama sih biar aku ada kesibukan di rumah, rasanya lebih enjoy kalau semua dikerjakan sendiri.

Malam itu aku pulang agak larut karena baru pulang dari acara ulang tahun temanku. Setelah mengunci pintu depan aku mencari-cari kontak lampu karena suasana rumahku masih gelap. 

Aku berangkat dari tadi siang untuk bantu-bantu di acara ulang tahun tersebut. Begitu lampu menyala, aku langsung menuju kamarku untuk mengganti baju yang kotor.

Aku melepaskan seluruh pakaianku lalu menyimpan baju kotorku di keranjang yang memang kusediakan di kamar untuk pakaian kotor. Sungguh aku sekarang telanjang bulat. 

Aku merasa sendiri di rumahku sehingga aku merasa bebas walaupun ke ruang tengah atau ke dapur dalam keadaan telanjang.

Aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku. Selesai mandi rasanya badanku terasa segar. Kemudian duduk santai menonton TV di ruang tengah sambil minum susu hangat. 

Aku hanya melilitkan handuk pada badanku, sambil mengeringkan rambutku dengan kipas angin aku buka channel TV sana-sini. Acaranya tidak ada yang menarik hatiku.

Iseng-iseng aku menonton film BF koleksi suamiku. Aku pernah protes padanya karena dia menonton film begituan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan bahwa dia mencari style bercinta untukku. 

Di film itu pria bule sedang mencumbu seorang wanita asia yang kelihatannya begitu menikmati cumbuan dari pri bule. Aku sedikit terangsang melihat adegan itu, seandainya suamiku masih ada….

Aku melepaskan handuk yang melilit badanku, lalu mengelus-elus payudaraku sendiri dengan lembut. Payudaraku memang tidak begitu besar, tapi suamiku selalu memujiku dengan sebutan montok. 

Untuk urusan mengurus badan, aku memang agak telaten. Karena bagiku kecantikan wanita dan kemulusan badan itu adalah harga mati. Aku tidak menyadari sama sekali kalau ada sepasang mata yang memperhatikan kegiatanku

Kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama, matakupun tak terasa mulai sayu merem melek merasakan rangsangan.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya. 

Tanganku perlahan-lahan turun mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku terangsang sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar membasahi bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. 

Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. 

Badanku melengkung merasakan kenikmatan, kukangkangkan pahaku semakin lebar. Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. 

Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. 

Liang vaginaku sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. 

Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh G-spot, punggung dan kepalaku jadi tersandar kuat pada sofa di ruang tengah, seakan-akan tubuhku melayang-layang dengan kenikmatan tiada tara.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. 

Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. 

Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan maniku yang mengalir deras.

"AHH…….." aku terpekik, lalu tubuhku bergetar hebat. Setelah beberapa detik baru terasa badanku seperti lemas sekali.

Mataku terpejam sambil menikmati rasa indah yang menjalar di sekujur badanku, tiba-tiba tersa ada benda dingin menempel di leherku. Mataku sedikit terbuka, lalu…..

" Diam atau lehermu akan terluka." Suara seorang laki-laki terdengar mengejutkanku. Jantungku rasanya hampir berhenti menyadari ada pria yang menempelkan pisau ke leherku, dan aku dalam keadaan telanjang……..

Aku terdiam tak berdaya ketika dia berusaha mengikat tanganku. Aku takut kalau dia merasa terancam, maka dia akan membunuhku. Matanya jelalatan melihat tubuhku yang tidak tertutup sehelai kain. 

Terbersit penyesalan dalam hatiku, kenapa aku sangat gegabah. Bagaimana dia masuk ke dalam rumah ini, dan apa yang akan mereka lakukan. Segala macam perasaan dalam diriku saat itu.

"He.. he.. he… cantik, ijinkan aku untuk membantumu menyelesaikan hasrat terpendam dalam dirimu." Lelaki itu duduk disampingku.

"Nah cantik…. Sekarang Abang akan memuaskanmu." Laki-laki yang memanggil dirinya Abang kemudian dengan kalemnya dia raih tangan dan pinggangku untuk memelukku. 

Antara takut dan marah, aku masih berontak dan berusaha melawan. Kutendangkan kakiku ke tubuhnya sekenanya, tetapi.. Ya ampuunn.. Dia sangat tangguh dan kuat bagiku.

Lelaki itu berpostur tinggi pula dan mengimbangi tinggiku, dan usianya yang aku rasa tidak jauh beda dengan usia suamiku disertai dengan otot-otot lengannya yang nampak gempal saat menahan tubuhku yang terus berontak.

Dia lalu menyeretku menuju ke kamar tidurku. Aku setengah dibantingkannya ke ranjang. Dan aku benar-benar terbanting. Dia ikat tanganku ke backdrop ranjang itu.

Aku meraung, menangis dan berteriak sejadi-jadinya, tapi hanya terdengar gumaman dari mulutku karena mereka membekap mulutku. hingga akhirnya, sehingga aku menyadari tidak ada gunanya lagi berontak maupun berteriak. 

Sesudah itu dia tarik tungkai kakiku mengarah ke dirinya. Dia nampak berusaha menenangkan aku, dengan cara menekan mentalku, seakan meniupi telingaku. Dia berbisik dalam desahnya,

"Ayolah cantik, jangan lagi memberontak. Percuma khan, jarak antar rumah di komplek ini cukup berjauhan. Lagian kalaupun ada yang tahu mereka tidak akan berani menggangu".

Aku berpikir cepat menyadari kata-katanya itu dan menjadi sangat khawatir. Laki-laki ini seakan-akan sengaja memperhitungkan keadaan. Kemudian dengan tersenyum dia benamkan wajahnya ke ketiakku. 

Dia menciumi, mengecup dan menjilati lembah-lembah ketiakku. Dari sebelah kanan kemudian pindah ke kiri. Menimbulkan rasa geli sekaligus membangkitkan gairah. 

Tangan-tangannya menjamah dan menelusup kemudian mengelusi pinggulku, punggungku, dadaku. Tangannya juga meremas-remas susuku. Dengan jari-jarinya dia memilin puting-puting susuku. 

Disini dia melakukannya mulai dengan lembut dan demikian penuh perasaan. Bajingan! Dia pikir bisa menundukkan aku dengan caranya yang demikian itu. Aku terus berontak dalam geliat.. Tetapi aku bagaikan mangsa yang siap diterkam.

Aku sesenggukan melampiaskan tangisku dalam sepi. Tak ada suara dari mulutku yang tersumpal. Yang ada hanya air mataku yang meleleh deras. 

Aku memandang ke-langit-langit kamar. Aku merasa sakit atas ketidak adilan yang sedang kulakoni. Kini lelaki itu menatapku. Aku menghindari tatapan matanya. Dia menciumi pipiku dan menjilat air mataku,

"Kamu cantik banget….. " dia berusaha menenangkanku.

Dia juga menciumi tepian bibirku yang tersumpal. Tangannya meraba pahaku dan mulai meraba-raba kulitku yang sangat halus karena tak pernah kulewatkan merawatnya. Lelaki ini tahu kehalusan kulitku. 

Dia merabanya dengan pelan dan mengelusinya semakin lembut. Betapa aku dilanda perasaan malu yang amat sangat. Hanya suamiku yang melihat auratku selama ini, tiba-tiba ada seorang lelaki asing yang demikian saja merabaiku dan menyingkap segala kerahasiaanku.

Aku merasakan betisku, pahaku kemudian gumpalan bokongku dirambati tangan-tangannya. Pemberontakanku sia-sia. 

Wajahnya semakin turun mendekat hingga kurasakan nafasnya yang meniupkan angin ke selangkanganku. Lelaki itu mulai menenggelamkan wajahnya ke selangkanganku.

" Ah….." Bukan main. Belum pernah ada seorangpun berbuat macam ini padaku. Juga tidak begini suamiku selama ini. Aku tak kuasa menolak semua ini. 

Segala berontakku kandas. Kemudian aku merasakan lidahnya menyapu pori-pori selangkanganku.

Lidah itu sangat pelan menyapu dan sangat lembut. Darahku berdesir. Duniaku seakan-akan berputar dan aku tergiring pada tepian samudra yang sangat mungkin akan menelan dan menenggelamkan aku. 

Aku mungkin sedang terseret dalam sebuah arus yang sangat tak mampu kulawan. Aku merasakan lidah-lidah lelaki ini seakan menjadi seribu lidah. Seribu lidah lelaki ini menjalari semua bagian-bagian rahasiaku. 

Seribu lidah lelaki inilah yang menyeretku ke tepian samudra kemudian menyeret aku untuk tertelan dan tenggelam. Aku tak bisa pungkiri. Aku sedang jatuh dalam lembah nikmat yang sangat dalam.. 

Aku sedang terseret dan tenggelam dalam samudra nafsu birahiku. Aku sedang tertelan oleh gelombang nikmat syahwatku yang telah enam bulan tidak terlampiaskan semenjak suamiku meninggal.

Dan saat kombinasi lidah yang menjilati selangkanganku dan sesekali dan jari-jari tangannya yang mengelusi paha di wilayah puncak-puncaknya rahasiaku, aku semakin tak mampu menyembunyikan rasa nikmatku. Isak tangisku terdiam, berganti dengan desahan dari balik kain yang menyumpal mulutku. 

Dan saat kombinasi olahan bibir dan lidah dipadukan dengan bukan lagi sentuhan tetapi remasan pada kemaluanku, desahanku berganti dengan rintihan yang penuh derita nikmat birahi.

Laki-laki itu tiba-tiba mrenggut sumpal mulutku.Dia begitu yakin bahwa aku telah tertelan dalam syahwatku.

"Ayolah, sayang.. mendesahlah.. merintihlah.. Puaskan aku….."

Aku mendesah dan merintih sangat histeris. Kulepaskan dengan liar derita nikmat yang melandaku. Aku kembali menangis dan mengucurkan air mata. Aku kembali berteriak histeris. 

Tetapi kini aku menangis, mengucurkan air mata dan berteriak histeris beserta gelinjang syahwatku. Aku meronta menjemput nikmat. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dan pantatku dalam irama nafsu birahi yang menerjangku.

Aku tak mampu mengendalikan diriku lagi. Aku bergoncang-goncang mengangkat pantatku untuk mendorong dan menjemputi bibirnya karena kegatalan yang amat sangat pada kemaluanku dilanda nafsu birahi. 

Dan kurasakan betapa kecupan dan gigitan lidah lelaki ini membuatku seakan-akan menggigil dan gemetar lupa diri.

"Masukin… bang.. auh… aku gak tahan….." aku mendesah tidak karuan. Akhirnya karena tak mampu aku menahannya lagi aku merintih.

Rintihan itu membuat lelaki itu mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga bisa kuraih bibirnya. Aku rakus menyedotinya. Aku berpagut dengan pemerkosaku. Aku melumat mulutnya. Aku benar-benar dikejar badai birahiku. Aku benar-benar dilanda gelombang syahwatku.

Aku betul-betul tidak sabar menunggu dia melepas pakaiannya. Aku masih berkelojotan diranjang. Dan kini aku benar-benar menunggu lelaki itu memasukkan kontolnya ke kemaluanku pula. 

Aku benar-benar berharap karena sudah tidak tahan merasakan badai birahiku yang demikian melanda seluruh organ-organ peka birahi di tubuhku. 

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang sama sekali diluar dugaanku. Aku sama sekali tak menduga, karena memang aku tak pernah punya dugaan sebelumnya. Kemaluan lelaki ini demikian gedenya.

Rasanya ingin tanganku meraihnya, namun belum lepas dari ikatan dasi di backdrop ranjang ini. Yang akhirnya kulakukan adalah sedikit mengangkat kepalaku dan berusaha melihat kemaluan itu. Ampuunn.. Sungguh mengerikan. 

Rasanya ada pisang ambon gede dan panjang yang sedang dipaksakan untuk menembusi memekku. Aku menjerit tertahan. Tak lagi aku sempat memandangnya.

Lelaki ini sudah langsung menerkam kembali bibirku. Dia kini berusaha menjulurkan lidahnya di rongga mulutku sambil menekankan kontolnya untuk menguak bibir vaginaku. 

Kini aku dihadapkan kenyataan betapa besar ****** di gerbang kemaluanku saat ini. Aku sendiri sudah demikian dilanda birahi dan tanpa malu lagi mencoba merangsekkan lubang kemaluanku.Cairan-cairan kewanitaanku membantu ****** itu memasuki kemaluanku.

"Blesek……..Blesek………. Ohh…… Kenapa sangat nikmat begini…….. Oh aku sangat merindukan kenikmatan ini….." Aku semakin meracau.

Sensasi cengkeraman kemaluanku pada bulatan keras batang besar ****** lelaki ini sungguh menyuguhkan fantasy terbesar dalam seluruh hidupku selama ini. 

Aku rasanya terlempar melayang kelangit tujuh. Aku meliuk-liukkan tubuhku, menggeliat-liat, meracau dan mendesah dan merintih dan mengerang dan.. Aku bergoncang dan bergoyang tak karuan…. Orgasmeku dengan cepat menghampiri dan menyambarku. 

Aku kelenger dalam kenikmatan tak terhingga.. Aku masih kelenger saat dia mengangkat salah satu tungkai kakiku untuk kemudian dengan semakin dalam dan cepat menggenjoti hingga akhirnya muntah dan memuntahkan cairan panas dalam rongga kemaluanku.

"Auh………. AHH…… " aku menjerit merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhku.

Kami langsung roboh. Hening sesaat. Aneh, aku tak merasa menyesal, tak merasa khawatir, tak merasa takut. Ada rasa kelapangan dan kelegaan yang sangat longgar. 

Aku merasakan seakan menerima sesuatu yang sangat aku rindukan selama ini. Apakah aku memang hipersex atau memang karena lelaki ini memang tangguh dan pandai bercinta. Ah aku tidak mau berfikir lagi.. Akupun tertidur kelelahan.

Besok pagi aku terbangun dengan badan sedikit pegal-pegal. Tidak ada tanda-tanda dia masih ada di rumah. Dan kuperiksa tidak ada barang yang hilang. 

Apakah dia memang datang untuk memperkosaku?…. kadang-kadang aku masih inigin melakukan hal yang sama. 

Aku merindukan kontolnya yang telah membuatku mencapai kenikmatan tertinggi dalam bercinta. Dimanakah kamu………

Catatan Irma ; Paranormal 2

Chapter 2: Kamar Pembantu

Sore itu Hendarto harus berangkat ke Malaysia untuk mengurusi jaringan bisnis hotelnya. Irma berada di rumah bersama Warti (28) pembantunya, sedangkan anak-anaknya sudah dua hari ini menginap di rumah opa-omanya karena liburan sekolah.

Sudah sebulan ini sejak ritual nikmat dari mbah Bromo, Irma selalu rindu dan ingin mendapatkannya lagi. Selama ini Irma mencari cara untuk bisa mengundang mbah Bromo, tapi sulit karena biasanya yang berurusan dengan hal-hal klenik adalah Hendarto suaminya.

Saat malam menjelang, pikiran Irma semakin merindukan kehadiran mbah Bromo. Setelah berusaha berpikir, Irma akhirnya menemukan cara.

“Halo.. dengan mbah Bromo?,” kata Irma menelpon mbah Bromo.

“Iya benar. Maaf dengan siapa ya?, apa ada yang bisa dibantu?,” jawab mbah Bromo di seberang sana.

“Mbah.. ini Irma istrinya pak Hendarto. Saya mau minta tolong mbah, kamar pembantu kami kan belum pernah dibersihkan sama sekali.. apa bisa dibantu, sebab saya takut ada yang usil mengguna-gunai keluarga kami lewat kamar itu,” kata Irma.

“Oh.. bisa bu Irma, kebetulan mbah juga sedang tidak ada klien. Mbah akan ke sana sekarang,” jawab mbah Bromo.

Irma senang bukan main. Ia kemudian mandi sebersih mungkin dan mengenakan gaun paling seksi yang dia punya untuk mengundang perhatian mbah Bromo nanti.


“Wah memang benar kamar ini kurang aman. Oh ya, mana pembantu ibu yang biasa menempati kamar ini?,” tanya mbah Bromo. Malam itu mbah bromo mengenakan celana kolor hitam dan kaos ketat warna hitam. Tubuh atletisnya tercetak jelas membuat Irma terpesona.

Irma segera memanggil Warti yang sedang masak di dapur. Mbah Bromo kemudian menjelaskan cara ritualnya. Sama seperti pembersihan rumah, ritual harus dilakukan dengan Warti yang selama ini menempati kamar tersebut.

“Hmmm.. apa nggak bisa saya gantikan mbah? Warti kan masih sibuk masak..,” Irma seperti keberatan jika ritual di kamar itu dilakukan mbah Bromo bersama Warti. Entah mengapa ia malah jadi cemburu.

Mbah Bromo menjelaskan bahwa ritual tidak boleh digantikan, kecuali kalau Warti punya suami yang biasa menempati kamar itu bersama. Warti adalah janda beranak satu, dicerai suaminya yang kawin lagi, sebelum menjadi pembantu di rumah Hendarto. Tentu saja tak punya suami.

Irma masih keberatan, tetapi tak punya alasan lagi untuk bisa menggantikan Warti. Ia pun menyilahkan mbah Bromo memulai ritualnya.

“Oke.. kalau gitu biar saya yang masak. Warti kamu temani mbah Bromo membersihkan kamarmu ya,” Irma meninggalkan mereka berdua di kamar pembantu. Tapi Irma tidak ke dapur untuk masak, melainkan masuk ke kamar tidur khusus tamu keluarga. Kamar itu dindingnya saling membelakangi bertemu dengan dinding kamar pembantu.

Irma meraih pigura lukisan di dinding. Ternyata dibalik lukisan itu ada semacam jendela rahasia yang bisa melihat kamar pembantu, sedangkan tepat di posisi yang sama tergantung cermin satu arah di kamar pembantu, sehingga siapapun tak menyadari sedang diintip bila sedang berada di kamar pembantu.

Jendela khusus itu sengaja dibikin Hendarto untuk menyelidiki tingkah laku pembantu mereka, terutama bila ada pembantu baru.

Irma melihat mbah Bromo sedang menjelaskan sesuatu pada Warti, sambil menyiapkan baskom air kembang tujuh rupa. Tapi Irma tak bisa mendengar pembicaraan itu, karena dinding yang tebal. Warti mengenakan daster berbaring diranjang dengan mata terpejam, dan mbah Bromo mulai memercikkan air kembang ke sudut ruangan.

“Warti apa mau mbah rowah sekalian biar cepat dapet suami lagi?,” tanya mbah Bromo sambil memercikan air ke kamar.

“Hmm.. mau sekali mbah. Warti udah nggak tahan juga nih pingin cepet kawin lagi. Soalnya enak sih,” kata Warti genit. Menjanda selama empat tahun sudah membuat gairah Warti tak terkendali. Apalagi berada sekamar dengan lelaki bertubuh atletis seperti mbah Bromo.

“Kalau mbah kasih rowah yang enak juga gimana? Mau nggak? Tapi jangan sampai majikanmu tahu ya.. nanti mbah dipecat, nggak dipake lagi sebagai paranormalnya,” mbah Bromo merasa yakin bisa menikmati tubuh montok Warti.

“Ah.. mbah ini, Warti jadi malu. Tapi kalo rowahnya memang nikmat dan Warti cepat punya suami lagi, ya Warti sih nggak nolak. Mau mbah.., Warti nggak akan ngomong ke nyonya dan tuan kok,” kata Warti.

Dari kamar sebelah, Irma menyaksikan mbah Bromo duduk di tepi ranjang Warti sementara Warti tetap berbaring. Tubuh warti tak setinggi Irma, badannya pun sedikit lebih gemuk. Tapi proporsi tubuhnya nampak montok menggairahkan untuk ukuran pembantu wajah Warti pun tak bisa dibilang jelek, kulitnya pun kuning langsat meski tak semulus Irma.

Irma terperanjat melihat tangan mbah Bromo langsung menelusup darter Warti di bagian bawah, lalu kepalanya merunduk dan Warti menyambut. Mereka saling berpagutan bibir, sementara tangan mbah Bromo menjelajah meremasi payudara Warti.

Ritual macam apa ini? Pikir Irma. Tapi Irma tak bergeming dan tetap menyaksikan adegan dua insan di kamar pembantu itu.

“Ahh mbahhh.. geli sekalihh..,” Warti mendesis. Kini dua payudaranya sudah lepas keluar dari BH dan kancing daster. Mbah Bromo meremas dan mengisapi putting susunya.

“Hmmmpphh.. gimana Warti? Nikmat kan rowahnya?.. mbah terusin ya biar tambah enak,” kata mbah Bromo sambil tangannya melucuti CD Warti. Warti pasrah, vagina laparnya sudah basah sejak tadi, ingin dipenuhi dengan sesuatu yang tegang.

Irma melihat mbah Bromo berdiri dan menanggalkan kaos ketat dan celananya, ia pun bugil. Astaga, penis mbah Bromo berdiri tegang mengacung keatas. Ukurannya dua kali lipat dari yang sempat dilihat Irma, karena saat ini sudah tegang. Penis mbak Bromo hitam legam dan sangat panjang, bisa tiga kali lipat dari milik Hendarto.

Tiba-tiba Warti bangkit dari ranjang, masih menggunakan daster tapi susunya sudah keluar kemana-mana, dan CD sudah luruh. Tangan Warti seolah menarik mbah Bromo untuk berbaring di ranjang, mbah Bromo menurut. Warti kemudian ikut naik ke ranjang mengatur posisi 69 dengan mbah Bromo.

Mbah Bromo di bawah menghadap keatas sedangkan Warti dari atas dengan tubuh bagian bawahnya mengarah ke wajah Mbah Bromo. Ia terlihat menungging meraih penis besar mbah Bromo dan langsung menghisapnya. Mbah Bromo membelai bongkahan patat Warti dan menyisihkan ujung daster yang dipakainya.

Sialan, pikir Irma. Rupanya Warti mempraktekkan posisi 69 yang seringkali ditontonnya bersama setiap kali Hendarto tak di rumah.

“Uihh.. gede banget kontolnya mbah.. tua-tua keladi nih. Sampai susah Warti genggam.. hmmpffhh.. ,” Warti terus berusaha memasukkan utuh penis mbah Bromo ke mulutnya, tetapi mulutnya kepenuhan dibuatnya. Ia benar-benar janda binal yang sedang menemukan pemuasnya.

“Waduh Warti.. pepekmu juga bagus sekali hmmm.. pasti sempit rasanya,” mbah Bromo mulai membelai vagina Warti yang mulai basah, kemudian mengangkat wajahnya agar bisa menjilati vagina itu dari bawah. Sasaran utama adalah klitoris Warti yang mulai mengeras.

“Uihhhkkkss… mbah… ahhhkkss,” Warti melepas hisapannya di penis mbah Bromo. Kepalanya menengadah menahan kenikmatan jilatan mbah Bromo di klitorisnya.

Irma tertegun menyaksikan adegan ranjang mbah Bromo dan Warti dari kamar sebelah. Libidonya ikut terpacu dan ingin sekali menggantikan posisi Warti.

Tiba-tiba pesawat telepon di ruang keluarga berdering. Irma barlai kecil untuk mengangkatnya karena Warti pembantunya tentu tak bisa menerima telepon lantaran sedang menjaani ritual nikmat bersama mbah Bromo.

Hendarto suami Irma menelepon memberi kabar kalau ia akan berada di Malaysia selama tiga hari. Keduanya pun terlibat obrolan tentang apa saja yang diinginkan Irma sebagai oleh-oleh dari Malaysia nanti.

Setelah pembicaraan telepon dengan suaminya selesai, Irma kembali ke kamar tidur khusus tamu untuk menyaksikan adegan layak sensor di kamar pembantunya.

Jantung Irma berdegup kencang saat kembali melihat ke kamar pembantu. Kini Warti sudah bugil berada di bawah dengan posisi kaki mengangkang, sedangkan mbah Bromo di atas mulai menggejot tubuh Warti. Irma melihat jelas bagaimana penis bersa mbah Bromo menghujam-hujam di vagina Warti, dan bagaimana wajah Warti menggambarkan kenikmatan yang diterimanya dari mbah Bromo.

“Ouhh.. ahh… mbah… entotin terus mbah… akhhss, kontolhhh mbahhh.. ahhhkk..,” Warti menggelinjang setiap kali mbah Bromo menggerakkan pinggulnya.

“Enak ya ndhuk?? Pepekmu juga wenakk.. rapet banget..,” mbah Bromo terus menggenjot Warti.

Pinggul Warti mengikuti gerakan mbah Bromo, desisan birahi keduanya semakin keras meski pun di ruang sebelah Irma tak mendengarnya. Mbah Bromo bangkit dan menarik Warti turun dari ranjang, ia mengarahkan Warti nungging bertumpu pada sisi ranjang, lalu dari belakang mbah Bromo menyetubuhi Warti dengan gerakan yang brutal. Warti didera kenikmatan yang luar biasa, sodokan mbah Bromo yang begitu gencar membuatnya seolah melayang. Ia mulai menceracau tak karuan.

Doggie style, sialan, pikir Irma. Selama ini ia hanya bisa membayangkan disetubuhi dari belakang, sementara pembantunya sudah merasakan kenikmatan itu.

“Ahh mbah…,” Irma mendesis, tanpa sadar sedari tadi tangannya mulai mengusap-ngusap vaginannya sendiri yang sudah penuh cairan birahi, sambil membayangkan sedang disetubuhi oleh mbah Bromo.

Di kamar pembantu, Warti merasakan bendungan kenikmatannya sudah hampir jebol. Goyangan mbah Bromo makin cepat dan makin mantap. Penisnya yang besar menghajar vagina Warti tanpa ampun.

“Akhh.. mbah… iyahh.. akhh… Warti mbah… ihhh.. ouhhh… nghhh,” Warti mencapai klimaksnya, tapi mbah Bromo terus memacu penisnya. Beberapa detik kemudian mbah Bromo secepat mungkin mencabut penis itu dari vagina Warti.

“Ouhhh..mbah…akhhhhzzz…,” Warti hampir menjarit menerima klimaksnya yang maksimal.

Saat penis mbah Bromo dicabut, Irma melihat jelas vagina Warti menyemburkan cairan kenikmatan berkali-kali, sampai karpet di kamar pembantu pada basah.

Warti lunglai dan tersungkur di ranjang. Mbah Bromo mengamit tubuh Warti agar terlentang dan memandu kaki Warti kembali mengangkang. Kemudian mbah Bromo memasukan lagi penisnya yang masih sangat tegang ke vagina Warti, dan kembali menggenjotnya.

Irma melihat kenikmatan luar biasa terpancar dari wajah Warti, dan sekali-lagi vaginanya menyebur cairan kenikmatan saat mbah Bromo mencabut penisnya.

Mbah Bromo belum mencapai puncaknya, namun Warti sudah sangat lemas setelah menimati tiga kali orgasme. Si mbah mengecup kening Warti dan membiarkan Warti terlelap kecapaian.

“Sudah puas kan ndhuk.. sekarang tidurlah, mbah pamit pulang ya,” kata mbah Bromo sambil berpakaian. Warti tak mampu menjawab perasaan lemas luar biasa menerpanya, ia langsung terlelap.

Sebelum keluar kamar mbah Bromo menyelimuti tubuh Warti dengan sarung. Melihat mbah Bromo akan keluar kamar, Irma segera berlari menuju dapur, ia tahu mbah Bromo pasti mencarinya di sana karena setahu dia Irma sedang masak di dapur menggantikan Warti.

“Belum selesai masaknya bu Irma?,” tanya mbah Bromo saat menemukan Irma di dapur.

“Eh mbah Bromo. Sudah selesai ritual pembersih di kamar pembantu kami?.. oh ya Warti kemana mbah?,” Irma pura-pura berbalik tanya karena ia pun tidak pernah masak apa-apa dari tadi. Irma mencuri pandang ke bagian depan celana mbah Bromo yang masih nampak menonjol.

Mbah Bromo sempat kebingungan mau menjawab apa soal Warti, otaknya cepat berputar menemukan ide, ”Oh anu bu, kamar itu sudah saya bersihkan. Tapi Warti sebagai penghuninya harus bersemadi sampai besok pagi agar prosesi pembersihan lebih tuntas,”.

Mbah Bromo mau pamit pulang, tapi Irma menahannya dan menyuguhinya kopi susu hangat. Keduanya beranjak dan duduk di sofa ruang keluarga.

“Mbah Bromo apa harus pulang malam ini? Maksud saya, kalau istri dan keluarga nggak khawatir, mbah boleh menginap di sini untuk malam ini,” tanya Irma.

“Ehm.. sebenarnya sih ndak apa bu. Saya ndak pulang berhari-hari pun keluarga dan istri ndak akan khawatir, sudah biasa. Tapi ndak enak rasanya kalau nginap di sini, saya sungkan sama pak Hen, bu,” jawab mbah Bromo sambil menyeruput kopi susu.

“Gini mbah.Pak Hendarto sedang ke luar negeri, jadi hanya saya dan Warti yang ada, karena satpam kami sedang cuti. Lagian saya takut sendirian di rumah mbah.. apalagi Warti kan nggak boleh keluar kamar sampai besok pagi. Kalau ada mbah kan jadi ada lelaki yang menjaga,” kata Irma.

Mbah Bromo sebenarnya takut kalau Warti bangun dan bercerita tentang ritual nikmat itu ke majikanya. Namun setelah mengetahui kalau Hendarto tak pulang ke rumah dan hanya ada Irma di situ, pikirannya pun berubah. Ini kesempatan bagus untuk bisa menyetubuhi Irma, pikirnya.

“Hmm.. iya deh kalau begitu. Biar saya menginap di sini, nanti biar saya tidur di sofa ini saja bu,” kata mbah Bromo berusaha tetap sopan.
Irma gembira mendengar kesediaan mbah Bromo. Sambil terus mengobrol Irma berusaha mencari cara agar bisa mendapat ritual nikmat dari mbah Bromo seperti yang dilakukan pada Warti. Untuk agresif dan vulgar memintanya dari mbah Bromo, Irma tak mungkin melakukannya. Bagaimana pun ia harus menjaga imejnya sebagai istri pengusaha kaya dan ternama.

“Oh ya mbah. Selain ritual magic, apa mbah bisa mijat? Ini kaki saya kok sering kesemutan ya.. sudah berulangkali ke dokter tapi nggak sembuh juga. Sering ngilu-ngilu gitu mbah,” Irma menyingkap bagian bawah gaun yang dipakainya agar kaki mulusnya dilihat mbah Bromo.

“Emmnh.. sedikit dikit sih bisa bu, permisi ya coba mbah lihat,” mbah Bromo menjulurkan tangan, sementara Irma mengangkat kaki kirinya ke sofa, sambil merapatkan duduknya lebih dekat ke mbah Bromo.

Tangan mbah Bromo mulai memijati kaki mulus Irma, mulai tepalak hingga betis. Irma merasakan sentuhan mbah Bromo membuat darahnya berdesir.

“Waduh.. pijatan mbah enak juga ya.. hmm saya sambil tiduran mbah ya biar ototnya lebih rileks,” tanpa menunggu jawaban mbah Bromo, Irma langsung berbaring di sofa. Mbah Bromo menahan nafasnya yang mulai cepat. Klimaks yang belum sempat ia raih dari Warti membuat birahinya kembali memuncak saat melihat Irma berbaring tepat di hadapannya. Tapi mbah Bromo masih saja takut berbuat macam-macam terhadap Irma, takut kalau Irma keberatan dan melaporkannya ke Hendarto.

Mbah Bromo tak hilang akal. Ia terus memijat kaki Irma, dan sedikit demi sedikit memberanikan diri memijat lebih naik ke lutut dan paha Irma, dilakukan berulang-ulang sambil menunggu reaksi Irma.

“Ohmm.. kok saya jadi ngantuk mbah ya..,” kata Irma setelah menguap kecil.

“Kalau ngantuk dibawa tidur saja bu, nanti mbah bangunkan kalau sudah selesai.. Maaf bu, kakinya saya pangku saja ya biar lebih mudah memijatnya,” kata mbah Bromo, Irma hanya mengangguk.

Mbah Bromo merapatkan duduknya bersandar di sofa dan menempatkan kaki Irma sekitar lutut ke atas pangkuannya. Tangannya kembali memijat paha Irma.

Irma merasakan pijatan mbah Bromo semakin melemah di pahanya, berubah menjadi usapan-usapan. Bongkahan pantat Irma sudah menyentuh paha mbah Bromo, betisnya bisa merasakan sesuatu yang mulai mengeras di dekat paha mbah Bromo, penisnya.

Tangan mbah Bromo semakin berani naik memijat dan menjelajahi pangkal paha Irma, sesekali menyentuh CD Irma juga. Irma berlagak ketiduran agar mbah Bromo lebih berani lagi menyentuh bagian-bagian vital tubuhnya. Mbah Bromo berpikiran Irma benar-benar pulas tertidur dipijati.

“Bu Irma.. bu..?,” mbah Bromo memastikan kalau Irma sudah pulas tertidur. Ia berhenti sebentar seperti memikirkan akan melanjutkan menjelajahi tubuh mulus Irma atau tidak. Irma tak bereaksi, seperti sudah benar-benar tidur.

Dengan sangat pelan mbah Bromo menyingkap bagian bawah gaun Irma sampai ke perutnya, membiarkan paha dan CD Irma bebas terlihat. CD string berwarna biru yang dipakai Irma membuat gundukan daging nikmatnya menyembul keluar. Tangan mbah Bromo perlahan kembali mengusapi paha putih Irma.

Irma merasakan sentuhan-sentuhan lembut di pangkal pahanya, tak lama setelah itu dirasakannya usapan halus di vaginanya yang masih terbungkus CD. Geli nikmat sentuhan jemari mbah Bromo mulai menjalari tubuh Irma.

“Hmmhh.. mas Hen.. mhhh..,” Irma mendesis berpura-pura seolah sedang bermimpi, sambil melebarkan kedua kakinya. Hal itu membuat mbah Bromo merasa mendapat kesempatan emas. Irma sudah benar-benar pulas, pikirnya.

Mbah Bromo bergeser ke samping agar wajahnya bisa menemukan selangkangan Irma. Dengan sangat perlahan ia mengamit CD string Irma ke samping menggunakan jarinya sehingga vagina Irma jelas terlihat. Tetap dengan posisi duduk di sopa, ia lalu merunduk menempatkan wajahnya di tengah kedua kaki Irma yang melebar.

Seketika Irma merasakan sapuan hangat lidah mbah Bromo di bibir vaginanya, membuat ia menggelinjang kegelian. Irma kembali mendesis sambil menyebut nama suaminya, pinggulnya bergerak-gerak mengimbangi irama jilatan mbah Bromo.

Yakin Irma sudah benar-benar bermimpi, mbah Bromo beranikan diri meluruhkan CD Irma hingga lepas melewati dua kakinya. Akses lidahnya semakin bebas menjelajahi vagina Irma yang mulai membasah.

Irma merasakan lidah mbah Bromo menyusup-nyusup di bibir vaginanya, sementara kumisnya menekan di klitoris Irma membuat sensasi nikmat.

“Auhmm.. Irma nggak tahan mas henhh.. pingin ditindih masshhh..,” Irma sudah hilang kendali dilanda birahi. Ia tak ingin cepat klimaks dengan jilatan mbah Bromo, ia ingin klimaks disetubuhi, dihajar penis mbah Bromo.

Penis mbah Bromo semakin tegang, tapi ia masih ragu untuk menyetubuhi Irma karena takut Irma terbangun dan mengetahui apa yang dilakukannya. Di lain sisi Irma pun ingin sekali menarik mbah Bromo untuk naik menindih tubuhnya, tapi ia pun khawatir imejnya rendah di mata mbah Bromo.

Mbah Bromo masih terus menjilati vagina Irma untuk beberapa lama, sampai akhirnya ia memutuskan untuk lebih berani. Otaknya sudah dipenuhi nafsu untuk menyetubuhi Irma, tapi di ruang keluarga itu tentu tak mungkin karena bisa saja si Warti bangun dan melihat .

Mbah Bromo lalu membopong Irma dengan sangat perlahan, masuk ke kamar tidur utama milik Hendarto dan Irma, lalu membaringkan Irma di atas ranjang.

Setelah berbaring, Irma kembali merasakan mbah Bromo menjilati vaginanya, kali ini lebih bernafsu dan lebih kasar. Tangan mbah Bromo menyusup ke balik gaun Irma dan menggapai payudaranya, meremas-remas dengan penuh biarahi.

“Enghh.. mass Hennhh..,” Irma meliuk-liuk kenikmatan sambil tetap berpura-pura mimpi.

Mbah Bromo semakin berani karena yakin Irma sedang bermimpi, ia kemudian melucuti gaun dan Bra Irma, lalu melucuti pakaiannya sendiri.

Kaki Irma dikangkangnya, sementara ia mengambil posisi setengah berlutut diapitan kaki Irma. Vagina Irma yang putih kemerahan semakin basah. Mbah Bromo memegangi penisnya dan perlahan mulai menyentuh vagina Irma.

Irma mendesis saat kepala penis mbah Bromo masuk ke vaginanya. Pinggulnya diangkat agar penis itu lebih cepat masuk ke vaginanya.

“Ouh.. masss.. ayo masukinnn mas…,” desisnya.

Mbah Bromo tetap menahan penisnya di bibir vagina Irma, ia kemudian meniduri tubuh Irma dan mulai menghisap putting susunya.

Hal itu membuat Irma merasakan birahi yang puncak dan ingin dipenuhi, pinggulnya semakin naik mengejar penis besar mbah Bromo. Irma merangkulkan kakinya ke pinggang mbah Bromo dan menarik mbah Bromo ke arahnya. Tapi itu tidak berhasi juga, karena mbah Bromo memang sengaja menahan.

Mbah Bromo merangkul tubuh Irma dan mulai menggenjot ujung penisnya keluar masuk di vagina Irma. Irma ingin sekali merasakan penis itu memenuhi vaginanya membuat bibir vaginanya sesak. Dalam kondisi diapit birahi, Irma ingin sekali mengakhiri kepura-puraannya tidur. Tapi ia masih malu melakukannya begitu saja.

“Eh.. mbah.. apa-apaan inih.. ,” Irma pura-pura terbangun dan terperanjat, ia berusaha mendorong tubuh mbah Bromo.

Mbah Bromo sempat tersentak karena Irma terbangun dari tidurnya, ia pun mencabut penisnya dan menjauh dari Irma.

Sebenarnya mbah Bromo ingin langsung minta ampun dan mengaku khilaf, tapi seketika pikirannya dikalahkan oleh nafsu birahi yang sudah memuncak.

“Diam kamu…, jangan melawan. Ingat suamimu sedang ndak ada, aku bisa berlaku kasar nanti..,” mbah Bromo membentak garang sambil melotot. Mbah Bromo berdiri di sisi ranjang sambil bertolak pinggang memandang Irma.

“Ampun mbah.. jangan melukai saya mbah..,” Irma merunduk. Kali ini perasaan Irma tak karuan, ada rasa takut dengan kemarahan mbah Bromo, tetapi ada rasa yang mendesak ingin disetubuhi secara kasar oleh penis besar si mbah.

“Baiklah.. aku tak akan melukai wanita secantik kamu Irma. Tapi, kamu harus melayaniku sampai puas dan berjanji tidak akan membocorkan peristiwa ini ke suamimu. Apalagi kalau lapor polisi.. kamu dengar itu?,” bentak mbah Bromo garang. Hatinya senang karena sudah berhasil menguasai keadaan.

Sebelum Irma berkata apa-apa, mbah Bromo langsung menerkam tubuhnya. Bibir Irma yang ranum dilumatnya, sementara tangannya meremasi susu Irma.

Irma pura-pura memberontak kecil tapi sesungguhnya menjadi sangat gairah saat lidah-lidah mbah Bromo menyusup masuk memainkan lidahnya, sementara tangan mbah Bromo meremasi susunya.

“Engghhh…jangan mbah..,” rintih Irma berpura-pura seolah tak ingin diperkosa. Mbah Bromo terus mencumbui Irma, kepalanya lalu turun ke vagina Irma dan kembali menjilatinya, menghisap klitorisnya, dan menyusup-susupkan lidah ke liang vaginanya. Itu berlangsung terus menerus dan membuat Irma nyaris mencapai orgasmenya.

“Akhh.. hmmm…mbah.. ampunhhh.. sudah mbah…akhsss,” Irma menggelinjang tak karuan menjepit kepala mbah Bromo dengan dua pahanya.

Mbah Bromo mengerti Irma sudah hampir klimaks, karena kedutan kecil mulai terasa di vaginanya. Ia menghentikan jilatannya dan menindih tubuh Irma sambil menempatan ujung penisnya di bibir vagina Irma.

“Ouh..,” Irma menjerit kecewa karena orgasme yang gagal diraihnya. Tapi ia malu untuk menyambut ujung penis mbah Bromo yang sudah menempel di bibir vaginanya.

“Kenapa Irma? Sudah ndak tahan ya..,” mabah Bromo menggoda.

“Ampun mbah..,”

“Jawab dulu.. kamu ndak tahan kan? Mau yang ini..,” mbah Bromo memasukan ujung penisnya ke vagina Irma membuat Irma kembali merintih dan mendesah.

“Ennghhhss..,” desis Irma merasakan penis mbah Bromo di vaginanya.

“Ayo sekarang kamu goyang pinggulmu biar kontolku masuk ke pepekmu.. ayo cepat lakukan,” kata mbah Bromo.

“Ampunhh mbah… ouh.. ahhkkss,” bibir Irma minta ampun, tetapi bibir vaginanya justru memberi akses pada penis mbah Bromo lebih jauh. Irma mengangkat pinggulnya untuk lebih merasakan penis mbah Bromo masuk, tetapi mbah Bromo diam pematung. Hal ini membuat gairah Irma semakin terpacu, ia bergoyang semakin liar seakan meminta kenikmatan yang lebih nyata dari penis mbah Bromo.

Mbah Bromo mulai tak bisa mengontrol birahinya, meskipun ia masih ingin mempermainkan libido Irma. Jepitan vagina Irma diujung penisnya dan goyangan pinggul Irma naik turun membuat mbah Bromo ingin segera menggenjot Irma.

“Ouhhkk.. hmmm akkkss mbahhh,” Irma melenguh keras saat merasakan secara tiba-tiba mbah Bromo menekan penisnya memasuki vaginanya secara utuh. Ia menggoyang pinggulnya semakin kencang menyambut penis itu, vaginanya terasa sesak dan nikmat.

Mbah Bromo kembali diam mematung meski penisnya sudah masuk utuh ke vagina Irma, sementara desisan birahi Irma semakin menjadi mengiringi goyang pinggulnya.

“Ohhgg.. sekarang gimana Irma.. enak apa ndak?,” mbah Bromo juga merasakan kenikmatan digoyang Irma.

“Hmm.. ampunhhh mbahh..,” Irma tak peduli lagi meskipun mbah Bromo diam tak bergerak, ia tetap menggoyang pinggulnya mencari rasa nikmat.

“Ayo jawab. Enak apa ndak? Kalo ndak enak aku cabut kontolku,”

“Janganhhh mbahh…akhss.. nikmat mbahh..,” Irma tetap meliuk-liuk menahan birahi.

“Mau diterusin apa dicabut nih?,” kata mbah Bromo merasa diatas angin.

“Oughh.. terusin mbah..,”

“Terusin apanya hah??,”

“Entotin mbahh… terusinhh entothinnn.. ahhhsss entot mbah..,” Irma meliuk-liuk kencang menunggu penis mbah Bromo menguak vaginanya.

Mendengar jawaban menyerah dari Irma, mbah Bromo lalu mulai menggenjotkan peninsnya keluar masuk di vagina Irma. Secara liar bibirnya menghisap bibir Irma, leher dan susu Irma juga, sementara penisnya dipacu mulai keras menghajar Irma.

“Ahh Irmaa.. nikmat pepekmu.. ahhh,”

“Ungghhh.. iya mbahh.. akhsss terus entotinnnhhh.. kontol mbahh…,” Irma semakin tak terkendali. Hilang sudah harga dirinya menjaga imej sebagai istri pengusaha ternama. Yang ada kini hasrat meraih kepuasan dari penis besar mbah Bromo.

Irma merasakan penis itu intens keluar masuk memenuhi vaginanya, lama kelamaan kedutan-kedutan mulai terasa di vaginanya dan hawa panas mengumpul di sekitar pangkal pahanya, pertanda ia segera mencapai klimaksnya.

Mbah Bromo mengubah posisi, kaki Irma diangkat ke bahunya sementara ia bertumpu pada ke dua tangannya. Irma merasa kakinya seolah menggapai udara, dalam posisi begitu penis mbah Bromo terasa menyentuh hingga ke dinding rahimnya.

Mbah Bromo terus menggenjot Irma semakin kencang dan cepat, kenikmatan vagina Irma membuatnya merasa melayang. Seumur hidupnya baru kali ini menyetubuhi wanita cantik dan kaya, menambah sensasi yang ia rasakan.

Penis panjang mbah Bromo yang memenuhi vagina Irma membuat kontraksi di dinding vagina Irma tertahan, menyebabkan cairan kenikmatan Irma mengumpul tak tersalur.

Irma sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa kedutan semakin terasa, namun tak tuntas-tuntas. Kenikmatan terasa mengumpul makin tinggi dihentak penis mbah Bromo.

“Enghhh.. aaahhhkksss mbaahh… oughhh…,” Irma sudah tak kuat menahan kenikmatan itu, tekanan nikmat serasa ingin kencing melandanya, sementara mbah Bromo terus memacu vaginanya.

Mbah Bromo menghujamkan penisnya keluar masuk semakin keras dengan seluruh tenaganya, ia merasakan sudah hampir tiba pada klimaksnya. Tak lama kemudian secara tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Irma. Kaki Irma ditahannya dengan kedua tangan, sambil ia berlutut di hadapan Irma. Nafas keduanya semakin memburu, desahan dan desisan kenikmatan silih berganti.

“Aaahhkkksss… auhh…. Ouhhhh….,” Irma menjerit kenikmatan. Saat mbah Bromo mencabut penisnya, saluran cairan kenikmatan Irma bobol. Vaginanya menyemburkan cairan kenikmatan itu sampai menyemprot ke perut dan penis mbah Bromo yang berlutut dihadapannya.


Cairan Irma menyembur beberapa kali, kedutan klimaks dirasakan Irma sangat lama bersamaan dengan kejang yang melanda seluruh tubuhnya.

Mbah Bromo puas bukan main melihat Irma merasakan sensasi kenikmatan yang pasti belum pernah ia rasakan dari suaminya.

Mbah Bromo kembali menghujamkan penisnya ke vagina Irma, menggoyangnya lagi beberapa kali sampai akhirnya ia mencapai klimaksnya juga.

“Ouhhhgg Aaahhrrggg,” mbah Bromo mencabut penisnya, dan menyeburkan spermanya tumpah di perut sampai susu Irma, tubuh mbah Bromo menegang sambil tangannya mengocok penisnya agar spremanya tuntas tertumpah.

Mbah Bromo luruh di samping tubuh Irma yang tergolek lemas, nafas keduanya berangsur pelan dan kembali normal.

Irma diam tak bersuara. Ia tiba-tiba merasakan malu luar biasa setelah tergolek tak berdaya menikmati sisa-sisa kenikmatan seksual bersama mbah Bromo, paranormal yang dipekerjakan suaminya.