Catatan Indah ; Apakah Aku Hiperseks
Dua hari ini aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Sebenarnya ini
dimulai ketika aku dikenalkan dengan Ajie, salah satu teman Andi. Entah
kenapa setelah aku bersalaman dengan Ajie, aku merasa diriku seperti
menjadi orang lain. Aku seperti merasa asing denan diriku sendiri.
Apalagi kegiatan seks yang aku lakukan selama 2 hari ini sangat diluar
pemikiranku.
Awalnya dimulai kemarin pagi saat Andi mengajak
lari pagi bersama di Senayan. Aku dikenalkan dengan seseorang yang
bernama Ajie. Anehnya aku tidak ingat apa yang terjadi saat setelahnya.
Yang aku ingat setelah aku bersalaman, kami mengobrol sebentar lalu kami
perpamitan. Namun setelah itu aku merasa seperti ada yang aneh dalam
diriku.
Setelah lari pagi, Andi mengajakku check in di hotel di kawasan Senayan juga. Aku juga heran kenapa aku seperti menurut saja.
Setelah kami masuk kamar, Andi terlihat gelisah, tidak seperti biasanya
dia tidak langsung menggumuliku tetapi menelpon beberapa temannya.
Sekitar setengah jam kemudian, datanglah 2 orang teman Andi ke kamar kami. Awalnya mereka agak kaget melihatku.
"Lho ini toh pacarmu yang namanya Indah, kok pake jilbab?"
Aku tidak mengerti arah pertanyaan itu, tetapi kemudian aku mengetahui jawabannya.
"Ayo, silakan saja, seperti yang sudah aku janjikan...", kata Andi.
"Emang kamu janji apa sama mereka Ndi?", aku bertanya.
"Pokoknya bakalan asyik deh in, percaya sama aku", jawab Andi sambil
kemudian mulai menciumku. Entah mengapa kali ini aku tidak protes, malah
sepertinya aku menikmati cumbuan Andi.
Andi kemudian mulai melucuti
pakaianku satu persatu, sampai akhirnya aku telanjang bulat. Anehnya
kali ini aku tidak merasa malu sama sekali meskipun ada 2 orang teman
Andi ikut menonton.
Rupanya ciuman Andi benar-benar menaikkan
birahiku, aku merasa vaginaku berdenyut-denyut. Nikmat sekali
rasanya...apalagi jika ada yang masuk.
Tanpa disuruh 2 orang
teman Andi (terus terang aku tidak sempat berkenalan dan bertanya siapa
nama mereka) mulai membuka bajunya. Lalu mereka ikut mencumbuiku.
Salah seorang yang berambut agak keriting langsung menindih tubuhku dan
memasukkan penisnya. Entah kenapa biarpun aku tidak kenal mereka, aku
membiarkannya malah menyambut inisiatif mereka dengan begitu bernafsu,
seakan aku melayani suamiku sendiri.
Kami melakukan hubungan seks
secara bergantian, dan setiap kali aku merasakan orgasme yang begitu
hebat... sampai-sampai aku menggigil karena orgasme pada saat kedua
kalinya teman Andi yang berambut lurus mengeluarkan spermanya dalam
vaginaku. Aku mengapitkan kedua kakiku menjepit pantatnya agar penisnya
terus menancap dan mengeluarkan spermanya yang terakhir.
Akhirnya
setelah beberapa kali orgasme, aku berbaring kelelahan di tempat tidur.
Andi dan kedua temannya masih mengelus-elus badanku. "Indah, kamu hari
ini menyenangkan sekali", kata Andi sambil mencium dahiku.
"Sama-sama Ndi, aku juga puas sekali...", jawabku.
Sekitar jam 8 Andi pamit sebentar keluar mengantar kedua temannya itu.
Aku segera menelpon meminta room service untuk makan malam.
Sambil
menunggu, aku mengelap vaginaku yang basah dan terus mengeluarkan
lelehan sperma dengan tissue. Tak berapa lama, bel berbunyi. Aku segera
membuka pintu tanpa berpakaian lagi. Ini pasti Andi, pikirku.
Ternyata aku salah, yang datang adalah pelayan yang membawa pesananku,
dia kaget melihatku membuka pintu sambil telanjang. Tidak seperti
sebelumnya lagi-lagi aku tidak sungkan-sungkan bertelanjang didepannya.
Kusuruh dia masuk dan meletakkan makanan di meja, sementara aku
menandatangani bon, kulihat celananya seperti menonjol. Pasti penisnya
mulai tegang karena melihatku telanjang bulat.
Setelah menanda tangani bon, aku mendekatinya lalu meremas celananya yang menonjol.
"Kenapa mas, ngaceng ya..."
"Nggak mbak...nggak kok...", jawabnya gugup
"Kalo udah tegang, keluarin aja ntar sakit lho...", kataku sambil
menurunkan retsletingnya. Lalu ku keluarkan penisnya yang sedari tadi
tertahan celana dalam. Melihat penis yang sudah tegang, tanpa berpikir
lagi, aku mendorong pelayan itu ke tempat tidur dan kunaiki. Penisnya
aku masukkan ke vaginaku, lalu aku menggoyang pinggulku. Aku merasakan
kenikmatan luar biasa, sementara kulihat pelayan itu tampak tegang.
"Mbak, pintunya belum ditutup... ntar kalo suami mbak datang gimana?", katanya agak panik
Aku tidak menjawab melainkan mempercepat goyanganku. Sayangnya baru
semenit kemudian dan belum sempat aku orgasme aku sudah merasakan
penisnya menyemburkan sperma dalam vaginaku. Croot..Croot..Croot... si
pelayan tampaknya tidak bisa menahan lagi dan memegang pinggulku.
"Aku belum dapet nih...", kataku kecewa. Si pelayan nampak makin gugup dan bingung.
"Ya udah deh mas... makasih ya udah dibawain makanan. Ini penisnya
dilap dulu", kataku sambil menjilati penisnya yang mulai mengecil.
Setelah bersih, aku tutupkan retsletingnya. Pelayan itu nampak malu-malu dan mohon pamit.
"Sa..saya pergi dulu ya mbak..terima.. kasih ..mbak..."
Pelayan itu kemudian pergi, dan aku menikmati makanku sambil telanjang.
Sekitar pukul 11 Andi datang kembali, kali ini bersama beberapa orang
lagi. Anehnya seperti sore tadi, aku tidak merasa malu sama sekali. Dan
aku melayani mereka sepenuh hati dan merasakan orgasme berkali-kali.
Entah berapa kali kami melakukan hubungan seks, yang jelas Andi sempat
memberikan semacam obat perangsang padaku. Namun menjelang pagi, aku
sudah kelelahan orgasme dan pingsan. Aku masih sempat tersadar beberapa
kali dan merasakan mereka masih menikmati tubuhku, namun aku merasa
lelah dan lemah sekali jadi kubiarkan saja mereka.
Pagi harinya
sekitar jam 8, aku terbangun. Kulihat Andi tertidur di sofa, sementara
masih ada 2 orang temannya tidur di lantai telanjang bulat.
Aku
merasa sedikit perih di vagina dan anusku. Kulihat ceceran sperma
dimana-mana, bercampur sedikit darah. Di kasur, bantal, vagina, anus dan
badanku pun rasanya lengket dan belepotan sperma. Pasti semalam mereka
berpesta dengan tubuhku.
Aku agak terhuyung ke kamar mandi.
Pipis...kali ini agak perih rasanya. Aku menekan bagian bawah perutku,
cairan seperti lendir keluar dari vaginaku. Cukup banyak sepertinya,
pasti mereka mengeluarkannya dalam vaginaku...
Keluar dari
kamar mandi, aku lihat mereka masih tidur. Jadi kupakai baju dan
trainingku, BH dan CD aku masukkan tas. Lalu kupakai jilbabku pulang...
Selama dalam taksi dan setelah sampai di tempat kost, aku
berpikir...apa yang terjadi dengan diriku... kenapa aku tidak takut,
malu telanjang bahkan begitu bernafsu melakukan hubungan seks pada
teman-teman Andi yang belum aku kenal...
Aku bingung...
Apa aku ini hiperseks...
Kenapa aku begitu menikmatinya...
.....
Aku bingung...
Catatan Indah ; Aku Dijual
Andi benar-benar gila!!! Jahat!!! Aku Benci dia!!!
Senin siang kemarin aku ditelpon oleh Andi, dia mengatakan agar aku
datang malam harinya ke sebuah hotel di kawasan Mangga Dua. Katanya ada
yang ingin dibicarakan katanya. Karena kupikir dia akan membicarakan
tindakannya waktu malam Minggu lalu aku setuju saja. Dia menyuruh aku
menghubungi resepsionis untuk mengambil kunci, sementara kamar sudah dia
bayar dan kunci yang satunya dia bawa.
Aku tanpa curigaaku
pergi ke sana. Sepertinya semua lancar karena Andi sudah mengaturnya.
Aku masuk ke kamar, dan menunggu Andi. Rupanya AC kamarku tidak terlalu
dingin, malahan cenderung panas. Aku membuka seluruh pakaianku, toh Andi
sudah biasa melihatnya pikirku. Tak terasa aku tertidur.
Sekitar jam 12, aku merasa ada orang meraba-raba tubuhku. Pasti Andi
sudah pulang pikirku. Aku tetap memejamkan mata nafas dan tengkurap
merasakan sentuhannya. Tak lama vaginaku sudah mulai basah, sepertinya
Andi juga mulai bernafsu, aku merasakan tubuhnya menindih tubuhku dan
mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Awalnya aku merasa aneh
karena rasanya penis Andi tidak seperti biasanya. Mungkin karena
posisinya dari belakang pikirku ladi, karena biasanya kami berhadapan.
Aku menikmatinya, sambil menutupkan mukaku ke bantal. Enak sekali
rasanya... untuk sementara aku melupakan kekesalanku pada Andi dan
hanyut terbawa nafsu birahiku.
Setelah itu tubuhku dibalikkan,
aku membuka lebar-lebar pahaku agar penis Andi bisa segera masuk.
Ufff...kali ini terasa begitu keras... aku melenguh nikmat...
"Aahhhh... Ndi, enak banget..."
Mataku masih ku pejamkan menikmati genjotan Andi, dia memeluk dan
menciumi leherku sambil terus memasukkan penisnya. Aku mencium parfum
yang baunya asing bagiku. Mungkin Andi mengganti parfumnya.
"Parfum baru ya Ndi..."
Andi tidak menjawab. Tiba-tiba aku merasa hal yang aneh. Biasanya tubuh
Andi tidak segemuk ini. Aku segera membuka mataku dan mencoba melihat
Andi.
Ya Tuhan...Ini pasti bukan Andi, aku meronta mencoba melepaskan diri.
"Siapa kamu!!! "
Tapi orang tersebut malah membentangkan kedua tanganku dan menekannya, sambil terus menggenjot penisnya.
"Betul kata Andi, kamu memang cantik, putih dan yang lebih penting,
vaginamu legiit sekali...", kata orang itu sambil menyeringai.
"Siapa kamu! Kok kamu bisa masuk...", aku mulai ketakutan.
Orang itu tidak menjawab, melainkan makin bergairah dan mencoba menciumi bibirku.
Aku mencoba menghindar, wajahku kupalingkan ke kiri ke kanan, tetapi
dia terus saja berusaha menciumiku dan penisnya makin menegang.
"Stop...berhenti... tolooong..." teriakku. Tetapi aku tidak bisa
melawan, tubuhnya lebih besar dan jauh lebih kuat dari usahaku.
"Tolong, hentikan...hentikan...", pintaku mulai menangis.
Tetapi orang itu malah semakinberingas, dia semakin bernafsu dan
akhirnya...crooot...crooootttt....croooootttt... Kurasakan penisnya
menyemburkan cairan dalam vaginaku. Sementara dia begitu bernafsu
menyedot dan menggigit leherku.
Aku hanya bisa pasrah... menangis... Andi tega sekali... jahat... apa maksudnya semua ini...
Akhirnya orang tersebut mengendurkan pelukannya, penisnya kurasakan mulai lemas dan lepas dari vaginaku.
"Siapa kamu?", aku bertanya lagi sambil menangis.
"Kok tanya-tanya, bukannya Andi udah ngasih tau. Panggil aja gue Joe...", katanya.
"Apa maksudmu Andi sudah memberi tahu...", aku agak bingung.
"Nggak usah belagak lugu deh, urusan bayarannya minta ama Andi aja...". Joe mulai berdiri, dan pergi masuk ke kamar mandi.
Aku mengejarnya, "Jadi maksudmu ini semua Andi yang mengatur?"
"Lah bukannya biasanya juga begitu...?", Joe kelihatannya tidak main-main.
Aku terdiam, kembali ke samping tempat tidur dan duduk bersimpuh di lantai. Menangis... Andi...kamu tega...kamu jual aku...
Selesai kencing, Joe keluar kamar mandi dan mulai memakai pakaiannya.
"Sorry gue harus jalan lagi...thanks atas pelayanannya, kamu cantik,
manis, putih, wangimu harum dan vaginamu begitu rapat. Aku puas banget
deh. Ntar kapan-kapan aku booking lagi ya lewat Andi..."
Aku tidak memperdulikan Joe lagi. Aku merasa dadaku seperti tertusuk...dalam dan sakit...aku tidak percaya...Andi menjualku....
Aku begitu percaya pada Andi, tapi apa yang dia lakukan padaku...
Aku tidak sadar Joe telah pergi dan membiarkan pintu kamar terbuka...aku tidak perduli...aku marah, kecewa, sedih, malu....
Aku segera memakai pakaianku dan pulang....
Aku benci kamu Andi!
AKU BENCI KAMU !!!
Catatan Indah ; Aku Menjadi Pelacur
Andi sudah menjadi masa laluku. Aku tidak lagi menanggapi teleponnya,
aku menganggap dia sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Aku benci
dia...
Aku juga lagi punya masalah keuangan, Senin kemarin aku
dititipi uang pembayaran kantorku. Sekalian makan siang, aku bawa uang
dalam amplop itu. Entah bagai mana ceritanya, sewaktu sampai di Bank,
amplop itu tidak ada. Aku panik, aku coba kembali ke restoran tempat aku
makan ternyata juga tidak ada. Sepuluh Juta Rupiah!! Bukan jumlah yang
sedikit buatku. Sementara tabunganku tidak sampai separuhnya...
Dalam situasi kalut, tiba-tiba Joe, telepon aku. Rupanya Andi
memberikan nomer Hpku padanya. Dia mengajakku bertemu, aku sempat
menolak, kujawab aku sedang pusing. Rupanya dia mencoba bersimpati
padaku, dan bertanya apa masalahnya.
"Kenapa, Indah... ada yang bisa aku bantu?"
"Aku menghilangkan uang kantor...10 juta...aku bingung, karena musti mengganti segera..."
Joe terdiam sebentar, lalu berkata,"Aku coba bantu deh, kamu sore ini bisa ketemu aku?"
"Maksudmu?", aku jadi curiga.
"Begini, aku bisa bantu kamu tapi kalau segitu aku nggak bisa"
"Trus...?"
"Aku punya temen yang bisa bantu, tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana?"
"Pokoknya kita ketemu dulu deh nanti sore di lobby hotel ....", Joe menyebut sebuah hotel di kawasan Slipi.
"Ok, sampai nanti..."
Aku bingung, kalut dan takut, Mbak Netta memanggilku. Aku coba jelaskan
semuanya, tetapi posisiku memang terpojok. Mbak Netta juga tidak bisa
membantu, dan aku harus mengganti dalam tempo 1 minggu.
Sorenya aku datang menemui Joe. Dia sudah menungguku disana.
"Apa kabar Indah", Joe menyapaku ramah.
"Kurang menyenangkan Joe, aku lagi kalut nih...", jawabku.
"Ok, aku mengerti. Aku coba bantu kamu sekarang. Ini ada uang 5 juta
dariku. Ambil saja", katanya sambil menyerahkan sebuah amplop.
"Joe, aku nggak bisa bayak kembali uang ini, kamu nanti gimana... Lagian masih kurang 5 juta..", jawabku pelan.
"Nah itulah yang mau aku bantu. Seperti yang aku bilang tadi aku punya temen yang bisa bantu... tapi kamu juga harus bantu aku"
"Bantu gimana... apa yang bisa aku lakukan?"
Joe sepertinya agak ragu dan diam sebentar, lalu dia berkata,"Begini
Indah, aku bukan bermaksud menjerumuskan kamu seperti Andi. Kamu
orangnya baik, cantik, putih. Dan apa yang aku lakukan kemarin
terhadapmu karena aku belum kenal kamu. Aku pikir kamu sama saja seperti
cewek-cewek panggilan yang lain"
"Andi memang jahat, brengsek!!!", makiku
"Iya, tapi aku harus bicara apa adanya In, temen aku ini pengen mendapatkan servis kamu, seperti yang sudah aku rasakan..."
"Maksudmu? Aku harus melayani dia di tempat tidur?"
"Aku tahu kamu gadis baik-baik, terbukti kamu juga berjilbab. Tapi kamu
tau dong, tidak ada yang gratis di dunia ini. Ini yang bisa aku
lakukan. Kalau kamu nggak setuju nggak apa-apa, tapi aku nggak bisa
bantu lebih banyak lagi..."
Aku terdiam. Selama ini aku memang
melakukan banyak hubungan seks dengan lelaki. Tetapi sebelum dengan
Andi, aku melakukannya dengan sukarela, bukan karena uang. Andi yang
menipuku, Andi yang menjerumuskanku...
"Gimana Indah, kamu setuju. Kalau kamu setuju aku telepon dia, dia ada di kamar .....", kata Joe sambil menyebut sebuah nomor.
Aku bimbang, takut, malu tapi aku perlu uang itu....
Aku memandang Joe, wajahnya tampak tulus. Matanya tajam menatapku, menunggu keputusanku...
"Baiklah Joe, aku tidak punya pilihan lain", akhirnya aku setuju.
"Ok, aku telepon dia ya"
Joe mengambil HPnya dan menelepon. Setelah itu dia mengajakku naik ke kamar yang dituju.
Sesampainya di depan kamar, Joe mengatakan,"Indah, dia bisa bayar
sisanya, 5 juta lagi. Aku cuma mengantar sampai disini. Tapi pesanku,
baik-baiklah dengan dia, ini pertama kalinya dia melakukan hal ini.
Puaskanlah dia...", lalu Joe meninggalkanku.
Aku sendiri
termanggu di depan pintu. Kulihat Joe telah menghilang dalam lift.
Sebenarnya dia baik, hanya Andi yang memanfaatkannya untuk mendapatkan
uang dengan menjual diriku. Tapi saat ini...ini pilihanku sendiri. Bukan
karena Joe... dia tidak memaksaku... ini pilihanku.
Aku coba
menarik napas panjang dan memantapkan hati, kupencet bel kamar. Tak
berapa lama pintu terbuka, kulihat seorang lelaki berumur sekitar 40
tahunan mengenakan baju batik. Wajahnya cukup tampan, tidak terlalu
gemuk ataupun kurus.
"Selamat malam, saya Indah", kataku memperkenalkan diri.
"Malam juga, saya Anton. Silakan masuk"
Aku masuk kedalam kamarnya. Kulihat sekeliling, tampak sebuah laptop di meja. Sebuah koper kecil ada di pojok kamar.
"Maaf kalau saya tidak ada persiapan", kata Anton. "Mbak Indah mau minum apa?", katanya sambil membuka lemari es.
"Air putih saja..."
Anton mengambil botol Aqua dan sebuah gelas, dan meletakkannya di meja.
"Tadinya saya tidak percaya waktu membuka pintu. Mbak Indah, pakai
Jilbab... apa betul Mbak Indah mau...", Anton tidak melanjutkan
kalimatnya.
"Sebenarnya nggak, tapi saya tidak punya pilihan. Saya harus mengganti uang kantor saya..."
"Iya, Joe udah cerita sama saya. Sorry kalau saya agak gugup. terus terang ini pengalaman pertama saya", kata Anton lagi.
Aku tidak menjawab, kumantapkan hatiku. Lalu aku bangkit berdiri,
memegang tangan Anton dan mengajaknya ke tempat tidur. Aku mulai
mendekatkan wajahku ke wajahnya. Pelan-pelan kucium bibirnya, Anton
membalas dengan lembut.
Dan setelah itu terjadilah semuanya.
Aku membuka pakaian Anton dan menciumi tubuhnya. Penisnya mulai
tegang...ku jilati dengan gemas...
Kemudian aku tidak membuka
kerudung maupun bajuku, kuangkat rok dan kuturunkan celana dalamku.
Kuraih tangannya memegang vaginaku yang mulai basah. Lalu dia berbaring
teletang. Aku duduk di atasnya, pelan-pelan penisnya kumasukkan dalam
vaginaku. Aku gerakkan pinggulku, ke depan ke belakang. Anton mulai
meringis nikmat.
Kami melakukan berbagai variasi posisi,
termasuk Anton mencoba memasukkan penisnya ke Anusku. "Boleh anal ya In,
istriku nggak pernah mau", pinta Anton.
Aku mengangguk, penis Anton
bergantian masuk anus dan vaginaku. Sebenarnya aku agak jijik,
membayangkan penis yang belepotan tai masuk vaginaku tapi aku mencoba
memuaskan Anton.
Akhirnya Anton mengeluarkan spermanya dalam
vaginaku. Croot...crooot...crooooot... Anton memeluk dan mencium bibirku
dengan penuh nafsu, Aku kali ini tidak merasakan kepuasan apa-apa. Yang
terpenting aku dapat uang...itu yang ada dalam pikiranku. Dihadapan
Anton pun aku belum telanjang, hanya mengangkat rok dan membuka celana
dalamku. Jadi Jilbab dan bajuku masih lengkap.
Ya Tuhan...Maafkan diriku... Cukup sekali ini aku melakukan ini karena uang...
Anton memelukku dan tertidur. Aku tidak bisa memejamkan mataku sama sekali. Sekitar 1 jam Anton tertidur pulas.
Setelah bangun Anton, membuka tasnya dan memberikan setumpuk uang. Aku tidak lagi menghitung, segera saja kumasukkan dalam tas.
Setelah itu, aku baru membuka semua bajuku. Aku mandi sebentar,
kemudian mau berpakaian. Namun rupanya Anton masih belum puas, melihatku
telanjang penisnya membesar lagi. Diajaknya lagi aku ke tempat tidur.
Aku harus melayaninya sekali lagi sebelum pulang... Sekali lagi biarpun
vaginaku basah, tetapi aku tidak merasakan kenikmatan apa-apa... Jadi
begini rasanya seorang pelacur melayani tamunya... Tidak menikmati...
Hanya untuk bertahan hidup...
Sesampainya di kost aku sholat minta ampun. Cukup sekali ini aku menjadi pelacur... cukup sekali ini saja....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar