Besok paginya, aku bangun dengan tubuh yang segar. Ah, aku mau cuci
motorku, pikirku. Dan aku ada ide nakal; aku akan bertelanjang dada dan
hanya menggunakan celana pendek ketat yang biasa dipakai untuk balap
sepeda, pasti kontolku akan tercetak dengan jelas. Hahaha... Pasti dua
perempuan itu akan ngiler bila melihatku.
Segera kulakukan aksiku. Sebelum keluar, aku melakukan push up dan
angkat beban sebentar biar keringat dan ototku yang kencang terlihat
menonjol. Memang aku sangat menyukai dan biasanya sering melakukan
olahraga balap sepeda dan angkat beban, sehingga otot pahaku menonjol
dan tubuhku terbentuk sempurna. Setelah kurasakan otot tubuhku
mengencang dan keringatku mengucur deras membasahi tubuh, segera
kukeluarkan sepeda motorku dan kuparkir di halaman depan rumahku.
Kulihat sekeliling, ternyata masih sepi. Saat itu masih jam 7.30 pagi,
akupun mulai mencuci motorku. Oleh karena siraman dari selang tidak
terarah dengan tepat, maka tubuh dan celana pendekku basah tersiram.
Sial, pikirku. Tapi kupikir-pikir justru dengan begitu kontolku jadi
semakin terlihat tercetak pada celana pendekku. Kondisi tidur saja
kontolku mempunyai panjang 10 cm, nah bisa kebayang kan kalau kontol
dengan ukuran segitu terjepit celana pendek yang tipis dan ketat, hehe.
Aku terus mencuci. Ternyata tanpa sepengetahuanku, ada sepasang mata
yang mengawasiku, dan itu bukan Siska ataupun Ece Geulis. Tak lama
muncullah seorang wanita cantik keluar dari rumah kontrakan sebelah
rumah Ece Geulis dan berjalan hendak keluar dari gang kontrakan yang
pastinya melewatiku. Kira-kira jarak lima meter, aku pura-pura berdiri
dengan tegak, sengaja ingin memamerkan tubuh dan batangku yang menonjol.
Tepat di depanku, gadis itu menyapaku, ”Pagi, Mas Ardi,” katanya ramah.
“Oh iya, selamat pagi juga. Lho, kok tahu nama saya? Padahal kan kita
belum kenalan,” kataku sambil kuberikan tanganku untuk bersalaman.
“Saya Paramitha, panggil saja Mitha. Saya adiknya Ece Geulis, Mas.
Kebetulan saya juga ngontrak di sebelah rumah Ece,” jawab gadis yang
ternyata bernama Mitha itu.
“Oh gitu, aku nggak tahu kalau Ece punya adik perempuan, apalagi cantik begini,” rayuku.
“Ah, Mas Ardi bisa aja,” balas Mitha dengan wajah bersemu merah,
kuperhatikan dia melirik ke arah celanaku, tapi cepat-cepat ia palingkan
begitu melihat apa yang ada disana.
“Beneran cantik kok... Mitha mau kemana?” tanyaku.
“Oh, aku mau ke warung depan, Mas. Mau beli sabun buat mandi, di rumah habis.” jawabnya.
“Jadi belum mandi ya?” tanyaku.
”Iya,” dia mengangguk.
“Belum mandi aja sudah cantik begini, apalagi kalau mandi, hehe.” aku
tersenyum. ”Daripada beli sabun buang-buang uang, mendingan sini aku
bantu mandiin bareng sama motorku. Tuh aku juga pakai sampo bagus buat
mandiin motor, hehehe.” candaku sambil mengarahkan selang yang ada di
tanganku ke tubuhnya.
“Ih, jangan donk, Mas, nanti kalau kena bajuku kan basah!” kata Mitha sambil menghindar.
“Bukannya takut basah kali, tapi takut tambah sexy, hehe.” balasku sambil sedikit kusemprotkan air pada tubuhnya.
“Iiih, Mas Ardi nakal ya... basah atuh, Mas, bukannya sexy!” katanya.
“Nggak kok, tuh kan jadi sexy.” kutunjuk baju kaos putihnya yang basah tersiram di bagian dadanya.
Kulihat dia menelan ludahnya dan wajahnya begitu merah, sementara
tangannya dengan cepat berusaha menutupi buah dadanya. “Ih, nakal banget
Mas Ardi ini, nanti aku cubit loh.” balas Mitha.
“Memangnya berani? Ini cubit!” tantangku sambil menyodorkan dadaku ke dekatnya.
“Udah donk, Mas, Mitha kan mau ke warung,” rengeknya.
“Emangnya kamu mau beli sabun apa sih?” tanyaku.
“Aku mau beli sabun Pantene, Mas.” jawabnya.
“Sama donk sabunnya. Udah nggak usah beli, aku masih ada stok banyak,
kamu pakai aja punyaku. Sini aku siram lagi,” kataku sambil kembali
menyiram tubuhnya.
“Udah donk, Mas. Tuh kan, aku jadi basah semua nih.” rengek Mitha.
“Oke deh. Tunggu sebentar ya, aku ambilkan sabunnya. Masuk dulu, Mith, duduk dulu aja, tuh di sofa.” jawabku.
Aku pun berjalan masuk ke rumahku untuk mengambil sabun, dan Mitha
mengikutiku masuk ke ruang tamuku dan duduk disana. Tak lama aku keluar
lagi sambil membawa sabun dan berjalan mendekati Mitha yang sedang duduk
sambil membaca majalah kesehatan lelaki yang ada di mejaku.
“Hei, itu kan buat laki-laki, Mit.” kataku sambil berdiri di depannya.
“Oh iya? Sory, habis isinya bagus-bagus, Mas.” jawab Mitha sambil
menaruh majalah kembali di meja. Dia pun terkejut saat mendongak,
matanya tertumbuk tepat pada tonjolan besar yang tercetak di celana
pendekku. Wajahnya langsung merah padam, dia bergegas bangun dari
duduknya lalu mengambil sabun yang ada di tanganku.
“Makasih ya, Mas, aku bayarin deh.” kata Mitha dengan wajah masih memerah.
“Nggak usah, Mit. Mau sekalian aku mandiin gak? Hehe,” tanyaku nakal.
“Ihh, Mas Ardi nakal banget sih. Udah ah, aku mau pulang.” jawab Mitha, diapun segera bergegas keluar dari rumahku.
Kupandangi dari belakang tubuhnya, tak disangka, ternyata adik Ece
Geulis sangat cantik dan montok. Payudaranya menonjol sekali dan
kulitnya lebih putih dari kakaknya, kalau pantatnya sama-sama menonjol.
Wah, bisa betah aku tinggal disini. Akupun keluar dan melanjutkan
mencuci motor. Sedang asyiknya membilas, dari arah samping kananku ada
suara lelaki yang menyapaku. Oh, ternyata Mas Anton.
“Lagi mandiin motor, Ar?” tanyanya.
“Iya nih, Mas, udah keliatan dekil banget.” jawabku.
Kami pun terlibat pembicaraan serius masalah pekerjaan, dia memintaku
untuk berhati-hati bekerja agar tidak melakukan kesalahan karena ini
menyangkut nama baiknya. Kulihat mata Mas Anton juga memperhatikan
tonjolan yang ada di celana pendekku. Mungkin dia iri, hehe... Akupun
selesai memandikan motorku dan Mas Anton juga sudah kembali masuk ke
dalam rumahnya karena Siska memanggilnya. Kulihat sebelum masuk, Siska
menelan ludahnya dan melirik kepadaku dengan tatapan penuh nafsu.
Di kamarku aku berkata, ”Asyik juga tuh perempuan, sudah cantik, sexy,
pintar lagi. Jadi tambah sayang gue sama dia. Tunggu petualangan dariku
selanjutnya, Sis, kamu pasti tambah nggak bisa lupain aku.”
Hari senin, aku dipanggil untuk interview di kantor Mas Anton. Singkat
cerita, akupun diterima. Aku bekerja mulai besok. Selasa pagi, aku
berangkat memakai motorku. Seharian aku sibuk bekerja hingga tak terasa
kalau hari sudah sore. Saat akan pulang, Mas Anton memanggilku, dia
berkata kalau akan kerja lembur malam ini. Ia titip pesan untuk
memberitahu dan menjaga istrinya, dia khawatir Siska akan ketakutan
ditinggal sendirian. Dalam hati, aku melonjak kegirangan, ”Tenang aja,
Mas, aku akan menjaga istrimu sebaik-baiknya, hehe.” bisikku dalam hati.
Segera kutinggalkan kantor itu dan kukebut Honda CBR-ku menuju rumah
kontrakanku. Begitu sampai, segera kumasukkan motorku ke dalam rumah dan
aku langsung menuju ke rumah Siska. Saat itu Siska sedang nonton teve
dengan hanya memakai tank top tipis warna krem. Begitu dipersilahkan
masuk, langsung saja kupeluk dan kucium dia dengan penuh nafsu seperti
layaknya seorang kekasih yang sudah lama tak bertemu.
Siska kaget bukan kepalang menerimanya, dan bertanya. “Ada apa, Ar, kok tumben?”
“Aku lagi pengen ngentot sama kamu, aku sudah kangen berat nih sama susu
dan jepitan memekmu, Sis.” candaku sambil kuremas payudaranya dengan
penuh nafsu. Kubimbing dia untuk pindah ke sofa ruang tamu dan kupangku
tubuhnya sambil kupeluk dia dari belakang, sementara kedua tanganku
terus meremas-remas kedua gunung indah miliknya yang masih terbungkus
bra hitam lembut.
“Jangan nekat, Ar, nanti kalau suamiku pulang gimana?” tanya Siska ragu.
“Hehe... jangan takut, Sis. Tadi suamimu minta tolong kepadaku untuk
ngentotin kamu malam ini dan supaya benar-benar memuaskanmu karena malam
ini dia lembur, mungkin jam satu malam baru bisa pulang, hehe.”
candaku.
“Ah masa? Memangnya dia sudah tahu hubungan kita? Kamu bohong ya, Ar,
dasar kamu!” kata Siska sambil membaringkan kepalanya di pundakku dan
membuat tubuhnya semakin melengkung seksi sehingga payudaranya yang
bulat semakin kelihatan membusung indah. Tanganku dengan agresif segera
melepas bra hitamnya dan langsung kuremas-remas dengan penuh nafsu kedua
gundukan daging kenyal itu. Siska memejamkan matanya menikmati setiap
sentuhanku.
“Hehe... mimpi kali ye, kalau bisa seperti itu berarti ilmuku sudah pada
level sempurna, Sis. Sekarang ini masih belum, tapi suatu saat pasti
ilmuku bisa sempurna dan aku akan bisa menaklukan suamimu itu, hehe...
tunggu aja.”
Malam itu kami bersetubuh sepuas-puasnya, dari mulai ruang tamu, ruang
makan, kamar mandi hingga terakhir di kamarnya untuk mengantarnya masuk
ke dalam mimpi. Aku baru pulang saat Siska sudah tertidur lelap. Melalui
komputerku, suaminya kulihat baru pulang jam 1.30 dini hari, dan
langsung tertidur.
Esoknya aku kembali bekerja. Suasana di tempat kerjaku yang baru ini
ternyata sangat menyenangkan. Perusahaan ini bergerak di bidang jasa
penerbangan yang setelah kuamati hampir 80% karyawannya adalah
perempuan. Disini rekan-rekan kerjaku kebanyakan adalah wanita-wanita
yang mempunyai paras cantik dan bentuk tubuh yang proporsional. Pantesan
Mas Anton kalau kerja sampai lupa waktu, pikirku.
Hari ini aku kesal sekali karena kelihatannya aku harus kerja lembur,
ada program baru yang diminta oleh divisi Accounting, sudah dari siang
aku mempersiapkan perlengkapan yang akan kugunakan untuk kukerjakan pada
malam harinya. Huh, sial! Malam ini aku tidak bisa ngentot sama Siska,
padahal Mas Anton juga lagi lembur.
Saat aku hendak menaiki lift, aku berpapasan dengan Mas Anton yang
berjalan dengan seorang wanita yang cukup cantik. “Eh, kamu, Ar... mau
kemana, sudah mau pulang?” tanyanya.
“Belum, Mas, masih ada kerjaan. Mas sudah mau pulang?” tanyaku.
”Belum juga,” jawab Anton. “Oh iya, ini kenalkan sekretarisku, Devi.” katanya.
“Oh iya, saya Ardi.” kuberikan tanganku. Kami pun bersalaman dan saling
memberikan senyum. Anton menjelaskan kepada sekretarisnya itu mengenai
status kerjaku. Kuperhatikan perempuan ini cantik juga, dan terlihat
pintar pintar memilih pakaian yang dapat membuatnya kelihatan anggun dan
sexy. Saat itu dia mengenakan baju dalaman berwarna krem yang mempunyai
belahan dada yang cukup rendah berbentuk V, lalu dibalut lagi dengan
blaser warna hitam serta rok mini sekitar 15 cm di atas lutut. Pahanya
yang putih dihiasi bulu-bulu hitam yang halus, kian menambah kesan sexy
dari penampilannya. Entah kenapa aku mulai berpikir ngeres kepadanya,
tapi segera kutepis pikiran itu.
Kami pun masuk ke dalam lift bersama-sama dan berpisah saat Mas Anton
keluar bersama sekretarisnya di lt.15, sedang aku masih melanjutkan
hingga lt.17 untuk menemui atasanku. Sesampai di ruangannya, atasanku
berkata, “Ar, setelah selesai urus perlengkapan, kamu install program di
lt.17 ya!” suruhnya.
“Baik, Pak Lesmana, akan saya kerjakan. Tapi mungkin baru agak malam
saya baru bisa install karena masih banyak perlengkapan yang belum
lengkap.” jawabku.
“Oke, tidak apa-apa. Yang penting bisa selesai malam ini dan beres semuanya.” balas Pak Lesmana.
“Baik, Pak.” jawabku.
Akupun kembali melengkapi segala sesuatu yang kuperlukan untuk kubawa
kesana, oh iya kalau nggak salah lt.17 itukan ruang Mas Anton bekerja.
Lama juga aku mempersiapkan semuanya. Jam delapan malam, handphone-ku
berbunyi, ada sms masuk. Oh, ternyata dari Siska, dia menanyakan
keberadaanku. Akupun menjawab kalau malam ini tidak menemani dia karena
diminta lembur. Dia kelihatan sedih karena suaminya juga lembur dan
sampai sekarang belum pulang.
Kira-kira sekitar jam sepuluh malam, saat keadaan sudah sepi, aku baru
beranjak menuju ke lt.17. Sebelum masuk ruangan Pak Anton, aku
memutuskan untuk ke toilet dulu. Saat akan membuka resletingku, kudengar
suara yang mencurigakan dari arah salah satu wc yang pintunya tertutup,
seperti ada suara desahan nafas yang sangat kukenali. Akupun mendekat
dan masuk ke salah satu wc yang ada di sebelahnya. Dengan pelan dan
hati-hati kutempelkan telingaku ke dinding wc, dan benar saja dugaanku,
ternyata sepasang sejoli sedang bersetubuh menggapai nikmat disana.
Aku penasaran siapa kira-kira yang berbuat hal tersebut, mulai kupanjat
dengan hati-hati dinding wc tersebut. Aku kaget bukan main saat kulihat
siapa yang ada disana, ternyata itu Mas Anton bersama dengan Devi,
sekretarisnya, sedang melakukan penetrasi. Mereka tidak menyadari kalau
gerak-gerik mereka kuawasi dan sempat aku mengambil gambar mereka dengan
camera handphoneku. Tapi karena takut ketahuan, aku tidak meneruskan
acara mengintipku dan segera keluar dari toilet untuk bergegas menuju
ruang kerja divisi Accounting.
Di dalam, aku berusaha menenangkan diri dan berpikir cepat untuk menarik
kesimpulan. Kasihan juga kau, Siska, pikirku. Kau tidak tahu apa yang
dilakukan suamimu di luar. Pantas saja Anton suka lembur hingga tengah
malam, dan bila diajak berhubungan oleh Siska dia selalu menolak
belakangan ini.
Kira-kira jam 11.30 malam, selesailah pekerjaanku untuk menginstall
semua program dan akupun segera kembali ke rumahku. Karena begitu lelah,
aku langsung beranjak tidur, tapi sebelumnya sempat kulihat gerak-gerik
Siska dan Anton melalui komputerku. Ternyata malam ini mereka
bertengkar karena hampir setiap malam Anton selalu lembur dan
meninggalkan Siska sendirian di rumah. Aku tidak tahu apa yang akan
terjadi bila saja Siska mengetahui apa yang telah kulihat hari ini. Aku
lalu mematikan komputer dan segera tertidur dengan pulasnya.
Esoknya aku bangun kesiangan, untungnya aku hari ini dapat masuk siang
karena sudah lembur tadi malam. Saat aku sedang memakai baju setelah
mandi dan masih menggunakan handuk, tiba-tiba pintu rumahku diketok
orang. Akupun segera beranjak menuju kesana untuk melihat siapa yang
datang. Setelah kubuka, ternyata Siska yang datang, dia langsung masuk
ke dalam rumahku dan duduk di sofa ruang tamuku.
“Ada apa, Sis?” tanyaku sambil mendekat dan duduk di sebelahnya.
“Aku lagi kesal dengan Mas Anton, Ar.” jawab Siska.
“Memangnya ada apa, wajahmu kok keliatan pucat banget gitu?” tanyaku lagi.
“Aku bertengkar dengan suamiku tadi malam, dan setelah itu aku tidak
bisa tidur hingga pagi hari ini. Aku berusaha sms kamu tapi tidak
dibalas juga, kamu juga sudah tidak perduli sama aku ya?” balas Siska.
“Oh gitu, pantas saja wajahmu pucat. Sudahlah, tidak usah dipikir lagi, nanti kamu jadi sakit lho,” jawabku.
”Enak saja kamu ngomong, Ar.” sahutnya.
“Emangnya kamu sms aku jam berapa, Sis? Aku tadi malam capek banget
habis lembur, jadi begitu nyampe rumah langsung tidur. Maaf ya...”
kataku.
“Oh gitu, aku sangka kamu juga sudah nggak peduli lagi sama aku.” kata Siska dengan nada manja.
”Mana mungkin aku begitu, Sis.” balasku cepat.
“Suamiku tadi pagi-pagi sudah berangkat kerja tanpa pamit kepadaku, dia berubah belakangan ini.” lanjut Siska.
“Oh iya, aku pengen tanya sesuatu sama kamu, gimana sih awalnya kamu ketemu sama Mas Anton?” tanyaku.
“Sebenarnya aku tuh sebelum nikah adalah sekretaris big bos di tempatnya
bekerja, oleh karena peraturan perusahaan mengharuskan kalau suami
istri tidak boleh kerja bareng, maka kami putuskan aku yang berhenti
bekerja. Memangnya kenapa, Ar?” tanya Siska.
“Oh gitu... nggak apa-apa, cuma mau tau aja.” jawabku, pantas saja Siska
begitu cantik dan sexy, ternyata dia dulu seorang sekretaris big bos.
Sungguh beruntung sebenarnya Mas Anton bisa mendapatkan hati dari wanita
yang begini cantik dan sexy. Oh iya, aku juga lebih beruntung bisa
mendapatkan tubuh Siska tanpa harus membiayai kebutuhan hidupnya, hehe.
“Ar, tau nggak yang membuat aku tambah kesal, pagi ini sampai hari
minggu sore, Mas Anton harus keluar kota untuk mengunjungi kantor
cabang. Dia benar-benar sudah tidak peduli lagi sama aku.” kata Siska.
“Sudahlah, Sis, jangan bersedih. Nikmati aja setiap keadaan, toh tidak
semuanya buruk untuk kita. Lagipula, kan ada aku disampingmu.” balasku.
Siska tersenyum mendengarnya, ”Iya, Ar.” dia mengangguk.
“Oh iya, Sis, mumpung besok hingga minggu suamimu pergi ke luarkota,
bagaimana kalau kita juga jalan-jalan? Besok jumat sore setelah aku
selesai kerja, kita berangkat... daripada kamu sedih terus,” sambungku.
“Ehm... boleh juga, tapi kita mau kemana?” tanya Siska.
“Kita ke Puncak aja. Aku dulu pernah tahu satu tempat bagus, semacam
villa, tapi privasinya bagus banget, ada kolam renangnya pribadinya.
Tapi yang jadi masalah, harganya mahal banget…” jawabku.
“Trus kita kesana naik apa, Ar?” tanya Siska lagi.
“Kalau kamu nggak keberatan, kita naik motorku saja, mau?” tanyaku.
“Boleh juga sih, sepertinya seru tuh. Aku nggak pernah jalan-jalan jauh
pake motor. Ok deh... soal biaya, aku yang keluarin deh, yang penting
kita bisa senang-senang disana.” jawab Siska.
”Ok, sip kalo gitu.” sahutku.
“Aku agak pusing nih, Ar. Aku mau pulang dulu deh, mau tidur…” sambung Siska sambil memegangi kepalanya.
“Sepertinya kamu masuk angin, Sis, makanya nggak usah terlalu
dipikirkan. Oh ya, mau kukerokin nggak? Biar besok kamu sudah sehat dan
kita bisa menikmati jalan-jalan kita?” tawarku.
“Aku nggak mau dikerok, nanti kulitku jadi rusak, trus nanti kamu nggak gairah lagi lihat aku. Dipijitin aja deh,” jawab Siska.
“Oke deh. Kamu mau dipijit dimana, disini atau di rumahmu?” tanyaku.
“Di rumahku aja, biar bisa langsung tidur. Kamu nanti siang mau kerja kan?” jawab Siska.
“Iya, kamu duluan pulang sana, kalau bareng-bareng takut tetangga pada curiga.” kataku.
“Oke deh... aku pulang dulu ya, Ar. Jangan lama-lama lho,” jawab Siska,
dia segera pulang ke rumahnya. Tak lama akupun menyusul. Siska langsung
mengajakku masuk ke kamarnya, dan diapun segera berbaring di
ranjangnya.
“Sis, kalau mau dipijat, buka dulu donk bajunya.” kataku.
“Oh iya, sorry.” diapun kembali duduk di ranjang dan mulai melepas kaos
putih dan celana pendeknya, yang tertinggal sekarang hanya cd dan bra
berwarna pink, dia lalu kembali berbaring. Wow, indahnya wanita ini;
bokongnya sungguh padat, kakinya yang panjang begitu putih dan halus,
punggungnya pun begitu menggairahkan, aku menelan ludah melihat tubuh
Siska yang terpampang sangat jelas dihadapanku.
“Ayo, Ar, tolong pijit yang enak ya,” kata Siska dengan mata terpejam rapat.
Akupun segera memijatnya dengan lembut, entah kenapa aku mulai merasa
sayang dengan wanita yang satu ini, rasanya aku merasa cocok sekali
dengan semua yang dimiliki oleh Siska. Kumulai pijatanku dari kaki dan
terus kususuri naik hingga ke pahanya, sesampainya di paha, aku minta
kepada Siska untuk melepaskan cd dan bra-nya.
“Sis, kupikir lebih baik kamu lepaskan saja cd dan bra-mu supaya lebih mudah aku memijat.” kataku.
“Iya deh. Tolong dong, Ar, kamu lepasin cd dan bra-ku.” pintanya.
Aku kembali menelan ludah. Dengan tangan sedikit gemetar, kulepaskan cd
Siska, dan setelah itu bra-nya juga kulepas hingga terpampanglah tubuh
Siska yang mulus telanjang di hadapanku. Lama kupandangi tubuhnya hingga
Siska menegurku, “Jadi pijit aku nggak, kok malah bengong?” tanyanya.
“Aku sedang mengagumi tubuhmu, Sis, kamu sexy sekali. Bodoh sekali
suamimu meninggalkan istri yang luar biasa cantik dan sexy seperti ini.
Kalau aku jadi Anton, aku akan entot kamu siang dan malam, hehe.”
jawabku sambil kembali meneruskan pijatan.
“Ah, kamu bisa aja, Ar. Dulu suamiku juga bicara seperti itu waktu kami masih pacaran.” jawab Siska.
“Tapi aku beda, Sis. Aku benar-benar mengagumi kecantikanmu.” rayuku.
“Ah, gombal kamu.” balas Siska.
“Ya sudah kalau nggak percaya, dengan berjalannya waktu, kamu juga akan
tahu kalau apa yang kukatakan itu benar.” jawabku. Aku pun terus
memijatnya, pantatnya yang bulat tak luput dari pijatanku, sambil
sesekali kuselipkan jari-jariku di paha bagian dalamnya hingga menyentuh
bibir vaginanya.
Siska merintih nikmat karenanya, “Ughh, nakal kamu, Ar. Nanti kalau aku nggak tahan gimana?” sahutnya.
“Gampang, kan ada aku, hehe.” jawabku.
“Huh, dasar nakal!” balas Siska.
Akupun meneruskan pijatanku ke punggungnya yang mulus, kulihat Siska
sangat menikmati pijatanku dan tanpa terasa, mungkin karena mengantuk
sekali, diapun tertidur pulas. Aku menghentikan pijatanku dan kubalikkan
tubuhnya, kini terpampanglah tubuh bagian depannya beserta dengan
aksesorisnya yang begitu menantang. Kusentuh dengan perlahan kedua
payudaranya dan kuremas dengan lembut. Kontolku menegang melihat pentil
susunya yang begitu menantang, perlahan kudekatkan bibirku kesana dan
kuhisap benda mungil kemerahan itu dengan lembut. Kulihat Siska sedikit
menggeliat tapi tak membuka matanya.
“Ar, ehmm... kamu nakal ya!” lirihnya.
Meski sudah sangat konak, tapi aksiku tidak kulanjutkan. Pikirku kasihan
juga kalau dia kugenjot sekarang, Siska kan lagi capek. Jadi kuambil
selimut dan kututupi tubuhnya yang telanjang. Perlahan kubisikkan
sesuatu di telinganya, “Sis, kamu istirahat dulu ya untuk memulihkan
staminamu, aku mau bersiap berangkat kerja. Oh iya, kunci rumahmu
gimana?” tanyaku.
“Bawa aja, Ar, tolong kamu kunci dari luar. Aku nggak mau kemana-mana
hari ini. Tapi kamu nanti malam temani aku ya?” jawab Siska.
“Oke deh. Kalau ada apa-apa, kamu telepon aku ya, nanti sore aku datang sekalian bawakan makanan untuk kamu, mau kan?” tanyaku.
“Duh, kamu baik sekali sama aku, Ar. Boleh kalau kamu nggak keberatan,” jawab Siska.
“Santai aja, aku senang kok melakukannya untukmu. Kamu mau dibelikan apa, Sayang?” tanyaku lagi.
“Apa aja terserah kamu, Ar, dan terima kasih sebelumnya.” jawab Siska.
“Tapi siang ini kamu sudah makan kan?” tanyaku kembali.
“Sudah, aku masih ada sayur yang kemarin.” jawab Siska.
“Oke deh, met istirahat ya, Say… tidur yang nyenyak, karena nanti malam
akan kita habiskan berdua dengan percintaan yang panas.” sambungku.
“Oke, siapa takut... nanti malam, aku pasti bisa melayanimu.” tantang Siska sambil mengelus kontolku yang masih menegang.
“Sampai nanti malam, Sayang...” kataku sambil kucium bibirnya dan diapun membalas ciumanku.
Siska segera melanjutkan tidurnya, sementara aku berangkat ke kantor. Di
perjalanan, aku berpikir, ”Makanan apa yang akan kubawakan nanti sore
untuknya?” Ah, akan kubelikan seafood saja untuk mendongkrak gairahnya
nanti malam, hehe... pikiran nakalku kembali bekerja.
***
Sore harinya Siska terbangun, dia merasakan tubuhnya lebih segar. Diapun
segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. “Aku harus
memberi penampilan yang terbaik saat nanti Ardi datang.” pikirnya sambil
tangannya mulai mengguyur tubuhnya yang telanjang.
Entah kenapa hatinya begitu bersemangat dan bergairah, seperti halnya
merasakan cinta pada pandangan pertama. Selesai mandi, diapun merias
diri dengan sungguh-sungguh, dipakainya gaun malam yang sexy dengan
punggung yang terbuka hingga ke bokong dan belahan dada berbentuk V yang
membuat payudaranya yang montok dan putih bersih itu seakan ingin
memberontak keluar. Diikatnya rambutnya yang hitam dan panjang ke atas
sehingga lehernya yang putih jenjang terlihat menggoda. Disemprotkannya
parfum termahal yang dimilikinya ke seluruh tubuhnya. Dia siap untuk
bertempur kali ini, pikirnya.
Jarum jam seakan bergerak lambat, tak sabar hatinya menunggu kekasihnya
datang untuk bercinta. Demikian halnya juga dengan Ardi, di kantornya ia
nampak gelisah, tak sabar dia ingin segera pulang. Dia sudah menelpon
restaurant seafood langganannya untuk memesan makanan, jadi saat dia
datang ke restaurant itu pesanannya sudah jadi dan tinggal dibawa
pulang. Untuk menghemat waktu, pikirnya.
Waktu menunjukan pkl.16.55 WIB, tinggal lima menit lagi, pikir Ardi.
Tiba-tiba hp-nya berbunyi, ada sms masuk, ternyata dari Siska.
“Ar, cepat datang ya… aku udah nggak sabar nih. Hati-hati di jalan ya,” bunyi sms itu.
“Oke, tunggu aku ya... sebentar lagi aku pulang. Oh iya, request baju sexy ya, Sis? Hehe.” canda Ardi.
“Tenang aja, aku akan berikan penampilan terbaikku untuk kamu seorang, Sayang… kamu pasti puas malam ini, hihi.” jawab Siska.
“Oke deh, jadi gak sabar nih… see u.” balas Ardi.
***
Pkl.17.00 sudah tiba, segera aku keluar dari kantorku dan menggenjot
dengan maximal Honda CBR-ku menuju ke restaurant dan langsung bergegas
pulang. Sesampainya di rumah, aku segera mandi untuk menghilangkan bau
keringat dan kupakai baju terbaikku, lalu bergegas pergi ke rumah Siska.
Dengan segera kubuka pintunya yang tak terkunci, berbisik kupanggil
namanya. “Sis, Siska, kamu dimana?” tanyaku.
“Disini... di kamar, kamu masuk aja!” terdengar jawaban darinya.
Segera aku berjalan menuju ke kamarnya. Disana kulihat Siska sedang
berdiri di depan kaca rias sambil bergaya sexy, aku segera
menghampirinya. “Wow, kamu cantik sekali, Sis!” sapaku sambil langsung
memeluknya dari belakang sembari mencium tengkuk dan batang lehernya,
tak terasa kontolku sudah mulai tegang melihat penampilan Siska.
“Aku memang cantik, Ar, aku kan sekretaris bigbos… sudah lama juga aku
tidak berdandan seperti ini, ini semua demi kamu, Ar. Belum apa-apa aja
burungmu sudah bangun begini.” dengan nakal Siska merebahkan kepalanya
di dadaku yang bidang.
“Sungguh beruntung Mas Anton bisa memilikimu, Sayang.” balasku sambil mengecup pipinya.
“Apakah kamu tidak beruntung bisa memilikiku diriku?” tanya Siska.
“Aku lebih dari orang yang beruntung, Sis.” kataku sambil memagut bibir
sexy Siska dan kami pun mulai berciuman. Cukup lama kami saling melumat
sampai aku ingat sesuatu, “Oh iya, aku bawakan makanan, yuk kita makan
sama-sama.” kataku.
“Iya nih, aku sudah lapar sekali.” jawab Siska.
Kami pun menuju ruang makan, Siska dengan pakaiannya yang sexy
melayaniku bagaikan seorang raja, seakan-akan aku ini adalah betul-betul
suaminya.
“Kamu beli apa, Ar?” tanya Siska.
“Aku beli seafood, biar nanti malam kita bisa bertempur habis-habisan, hehe.” candaku.
“Ih nakal... memangnya nanti malam aku mau bercinta sama kamu?” balas Siska.
“Harus mau! Kalau nggak, aku perkosa aja, hehe.” jawabku.
“Ih, maksa nih ye... kalau rayuanmu yang indah sih aku belum tentu mau, Ar, hihi.” canda Siska.
“Ah, selesai makan juga nanti kamu yang bakal minta, apalagi kita sekarang makan seafood, kita lihat saja, hehe.” balasku.
“Huh, sok tahu!” sahut Siska.
“Yah sudah, kita lihat saja. Kalau aku yang benar, aku minta kamu menuruti semua permintaanku, mau?” kataku.
“Boleh, siapa takut?” jawab Siska.
“Yuk kita makan,” kataku lagi.
Kamipun segera menyantap hidangan yang ada, tak lama kami pun telah
selesai. Kami lalu beranjak menuju kamar Siska, dia menyalakan AC dan
disetelnya pada temperature paling kecil sehingga tak lama suhu di dalam
menjadi sangat dingin. Aku pun duduk di tengah ranjangya sambil
menyandar di dinding, Siska segera menyusulku dan menyandarkan kepalanya
di bahuku sembari tangannya melingkar di pinggangku. Kubalas dengan
melingkarkan tangan di bahunya dan mulai mengelus-elus pelan lengannya
yang halus mulus sembari kupermainkan bulu-bulu halus di kulitnya. Suhu
ruangan terasa semakin dingin, membuat Siska semakin merapatkan tubuhnya
ke tubuhku, tangannya mulai nakal meraba-raba kontolku.
“Tuh kan, benar kataku, pasti kamu yang minta duluan, hehe.” kataku.
“Habisnya dingin banget, Ar.” dia terus memainkan kontolku, membuatnya
jadi menegang karena diperlakukan seperti itu. Apalagi yang
mempermainkannya adalah wanita cantik dan sexy macam Siska.
“Ah, alasan... udah, ngaku aja, aku yang menang kan? Pokoknya kamu harus menuruti semua permintaanku.” balasku.
“Iya deh... emangnya kamu mau minta apa sih?” tanya Siska.
“Aku mau kamu sekarang telepon suamimu,” jawabku.
“Untuk apa, Ar?” tanya Siska.
“Pokoknya kamu telepon dulu deh, nanti kamu juga akan tahu,” desakku.
“Oke, tapi...” jawab Siska ragu.
“Sudah, nggak usah takut. Mana hp-mu?” tanyaku.
“Ini,” Siska memberikannya.
“Sekarang telepon dia... ayo, Sis.” kataku.
Siskapun segera memencet hp-nya dan terdengarlah nada sambung pada hp
itu, tak lama terdengar suara suaminya. Aku meminta dengan berbisik agar
Siska mengaktifkan loudspeaker, begitu sudah diaktifkan, terdengarlah
dengan jelas suara suaminya.
“Halo, Sis… ada apa?” tanya Anton.
“Nggak ada apa-apa, Pah… papa baik-baik aja?” tanya Siska.
“Aku baik-baik aja, sekarang aku lagi di kamar hotel, baru aja sampai.” jawab Anton.
Selagi mereka bercakap-cakap, kupeluk tubuh montok Siska dan mulai
kuciumi tengkuk hingga lehernya sambil tanganku bergerilya masuk ke
dalam gaunnya untuk meremas-remas gundukan payudaranya.
“Ehmm… aahh… sssh... aduuh!” gumam Siska, tak sadar mengucapkannya karena menerima serangan dariku.
“Kamu kenapa, Mah?” tanya Anton.
“Nggak kenapa-napa, Pah… sshs... aahh... uuhh...” rintih Siska.
“Kok kayak gitu suaranya, kamu lagi ngapain sih?” tanya Anton makin curiga.
“Oh, sorry, Pah... aku lagi… uhh... aku kangen sama Papah... sshh... aaah... uuhh...” jawab Siska berdalih.
“Oh, kamu pasti lagi swalayan lagi ya?” tanya Anton.
“Ehhm... iya, Pah… aduh enaknya... nggak apa ya, Pah, aku ganggu papah sebentar?” jawab Siska.
“Nggak apa-apa, Sis... teruskan saja, aku akan mendengarkan dari sini.” jawab Anton.
Aku suruh agar Siska meminta kepada suaminya untuk memberi arahan untuk melakukan sesuatu, seperti halnya phone sex.
“Pah, aku minta papah untuk memberi arahan kepadaku seperti seakan-akan Papah ada bersamaku, please... Pah!” kata Siska.
“Oke-oke... sekarang seakan-akan kamu kupeluk dari belakang dan
kuremas-remas susumu. Kamu menggeliat kenikmatan. Lalu perlahan kubuka
baju dan bra kamu sehingga seluruh tubuhmu terbuka, susumu yang montok
itu akan menggelantung bebas dengan indahnya dan kembali kuremas-remas
dengan penuh nafsu.” kata Anton mengarahkan.
Akupun mengikuti arahannya dan kudengar deru nafas Siska semakin
memburu. “Aahh... uuhs... sssh... trus apa lagi, Pah?” tanya Siska.
“Perlahan kubuka cd-mu dan kupermainkan klentitmu dengan jariku hingga
kau menggelinjang keenakan, tanganmu mulai meraba-raba kontolku.” jawab
Anton.
“Aaww... enak, Pah! Truus... ohhh... aduh, kontolnya udah gede banget...
terasa hangat di tanganku… ughh...” balas Siska dengan nafas semakin
memburu.
“Perlahan kupangku tubuhmu dan kumasukkan kontolku ke dalam memekmu sambil mulutku menghisap-hisap puting susumu.” kata Anton.
“Oohh... tapi kontolnya gede banget, Pah… rasannya memekku nggak muat... gimana ini, Pah?” tanya Siska terengah-engah.
“Ludahi dulu kontolku dengan lidahmu, aku mau kamu menjilat dan menghisapnya.” balas Anton.
“O-oke, Pah… ehhm, enak sekali kontol Papah… besar, gede banget...
panjang lagi... sampai mulutku tidak bisa menampung seluruh batangnya…
urat-uratnya… uohh! Begitu kekar dan kasar... aku belum pernah ketemu
kontol seperti ini… ehhm... emmm...” rintih Siska.
“Kontolku sudah keras sekali... sekarang coba kamu masukkan ke dalam memekmu.” pinta Anton.
“Iya, Pah, kontolnya sudah keras bukan main… sekarang kumasukkan ya, Pah...” jawab Siska.
Aku terus saja mengikuti arahan dari suaminya, gairahku sungguh meningkat sangat-sangat tajam.
“Sekarang sudah masuk semua, Pah… boleh digenjot ya, Pah?” tanya Siska.
“Oke, sekarang genjot, Sis... yang keras!” kata Anton lagi.
“Uuhh... aaah... ahhh.. auw! Enakk, Pah, terus… enak banget kontolmu...
ughh... please, entotin aku terus… tusuk aku yang dalam... arghh…” raung
Siska keenakan.
“Sekarang rubah posisimu, Sis... kamu sekarang nungging, biar kuentot kau dari belakang.” pinta suaminya.
Kami pun merubah posisi sesuai arahan Anton, segera kumasukkan kontolku
yang sudah sangat menegang ke memek Siska dari belakang, dan langsung
kugenjot tubuh sintalnya.
“Auw… sshh… sssh… terus, Pah, tusuk yang dalam… entotin aku!” rintih Siska suka. Tanpa sadar nafas kami berdua memburu keras.
“Sis, kok ada suara nafas selain kamu?” tanya suaminya curiga.
“Oohh... sshh... itu nafas Ardi, Pah… aku sedang digenjot dia, Pah... aaah!” jawab Siska nekat.
“Ardi!!! Kamu serius, Sis? Jangan bercanda kamu!!” bentak suaminya.
“Sshh…hihi, Papah cemburu ya? I-itu bukan suara Ardi kok, tapi suara
film blue yang kusewa tadi siang…“ jelas Siska berbohong. Sungguh
bodohnya suaminya, tak menyadari kalau istrinya sedang kugenjot
menggapai nikmat bersamaku.
”Beneran? Jangan bohong kamu!” kata suaminya.
“Ya enggaklah, Pah… ayo kita lanjutkan, sudah nanggung nih… sshh... ahh!” jawab Siska tanpa takut.
“Emm, baiklah. Sekarang, terus saja kugenjot tubuhmu dengan penuh nafsu... terus dan terus...”
“Ooohh... Pah, aku mau keluar… terus sodok yang keras… terus… yah… terus… ahhh… nikmatnya!” Siskapun mengalami orgasme.
”Kamu sudah selesai, Sis?” tanya suaminya.
“Iya, makasih ya Pah atas arahannya…” sahut Siska.
“Sama-sama, yang penting kamu sudah puas… sekarang kamu istirahat ya,” jawab Anton.
“Iya, Pah… Papah hati-hati ya disana, jaga kesehatan... bye-bye, Pah.” jawab Siska sambil mematikan hp-nya.
Aku yang belum orgasme terus saja menggenjot tubuh montoknya sampai
kira-kira seratus sodokan berikutnya, baru aku orgasme. Kami berdua
terkapar nikmat di ranjang Siska, napas kami masih terus memburu.
“Gila! Ahhh… gila kamu, Ar… nekat sekali kamu… untung aku dapat berdalih, kalau tidak… bisa gawat kita.” sahut Siska.
“Justru itu yang kusuka dari kamu, pintar dan cerdik dalam menyikapi
keadaan, sekaligus nakal dan nekat sepertiku, hehe... kamu hebat,
Sayang…” jawabku.
“Kapan aku nakal dan nekatnya?” tanya Siska.
“Itu, waktu kamu bilang ke suamimu kalau kamu sedang digenjot sama aku.” jawabku.
“Itu tadi aku nggak sadar berkata seperti itu, habisnya kontolmu enak sekali sih.” jawab Siska.
“Oh gitu, tapi tetap saja terasa nakal buatku.” kataku sambil kupeluk
tubuhnya yang telanjang dengan erat sambil kami tertawa bersama-sama.
Malam itu kami habiskan bersama dengan percintaan yang luar biasa panas sampai pagi menjelang tiba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar