Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Mas
Roni melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok-ngocok
batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir
setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekarang ganti
kamu dong Ri yang aktif..!" kata Mas Roni.
"Aku nggak bisa, Mas. Lagian aku masih takuut..!" jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalau gitu pegang aja iniku, please, aku mohon, Ri..!" ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu ke hadapanku.
Dengan
malu-malu kupegang batang yang keras dan berotot itu. Lagi-lagi dadaku
berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis
Mas Roni. Sejenak aku sempat membayangkan, bagaimana nikmatnya jika
penis yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang vagina perempuan.
"Besaran mana dengan milik suamimu Ri..?" goda Mas Roni.
Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Mas Roni jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding milik suamiku.
"Diapakan nih Mas..? Sumpah aku nggak bisa apa-apa," kataku sambil menggenggam batang penis Mas Roni.
"Oke, biar gampang, dikocok aja, sayang. Bisakan..?" jawab Mas Roni lembut.
Dengan
dada berdegup kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik
Mas Roni. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar
Mas Roni yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup
menggenggamnya. Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Mas Roni
cepat muncrat, sehingga ia tidak dapat berbuat lebih jauh terhadap
diriku.
Mas Roni yang kini telentang di sampingku memejamkan
matanya ketika tanganku mulai naik-turun mengocok batang zakarnya.
Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya mulai meningkat lagi.
Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar di hadapanku
seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat. Tiba-tiba ia memutar
tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada di selangkanganku,
sebaliknya kepalaku juga menghadap tepat di selangkangannya. Mas Roni
kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti
di rongga vaginaku. Sementara aku sendiri masih terus mengocok batang
zakar Mas Roni dengan tanganku.
Kini, kami berdua berkelejotan,
sementara napas kami juga semakin memburu. Setelah itu Mas Roni
beranjak, lalu dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang
terletak di sebelah tempat tidur, aku dapat melihat tubuh rampingku
seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Mas Roni yang tinggi besar
tersebut mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui
kaca lemari itu. Gila, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang
juga sedang telanjang, dan lelaki itu bukan suamiku.
Mas Roni
kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gila, aku bahkan tanpa
malu lagi mulai membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk
menggelitik rongga mulut Mas Roni. Mas Roni terpejam merasakan
seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memeluk tubuhku,
seperti tidak akan dilepaskan lagi.
Bermenit-menit kami terus
berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur
deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Mas Roni. Dalam posisi itu
tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal di atas perutku.
Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang
mengganjal itu adalah batang kemaluan Mas Roni. Tiba-tiba kurasakan
batang zakar itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya
Mas Roni nekat berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku. Tentu
saja aku tersentak.
"Mas.. Jangan dimasukkan..! Jangan dimasukkan..!" kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku
tidak tahu apakah permintaanku itu tulus, sebab di sisi hatiku yang
lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang
kemaluan yang besar itu masuk ke lubang vaginaku.
"Oke.. kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan di bibirnya saja, yah..?" jawab Mas Roni juga terengah-engah.
Kemudian
Mas Roni kembali memasang ujung penisnya tepat di celah kamaluanku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala penis itu
menyentuh bibir vaginaku. Namun karena batang zakar Mas Roni memang
berukuran super besar, Mas Roni sangat sulit memasukannya ke dalam celah
bibir vaginaku. Padahal, jika aku bersetubuh dengan suamiku, penis
suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku.
Setelah
sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Mas Roni berhasil menerobos
bibir kemaluanku. Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis
besar itu mulai menerobos masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi
selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tara. Seperti janji Mas Roni,
penisnya yang berkukuran jumbo itu hanya digesek-gesekkan di bibir
vagina saja. Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa benar-benar
membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar besar Mas Roni
itu luar biasa nikmatnya.
Mas Roni terus menerus
memaju-mundurkan batang penis sebatas di bibir vagina. Keringat kami
berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami terus berpagutan.
"Ayoohh.., ngoommoong Saayaang, giimaanna raasaanyaa..?" kata Mas Roni tersengal-sengal.
"Oohh.., teerruss.. Maass.. teeruuss..!" ujarku sama-sama tersengal.
Entah
bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar
itu telah amblas semua ke vaginaku. Bless.., perlahan tapi pasti batang
penis yang besar itu melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa
penuh sesak oleh batang penis Mas Roni yang sangat-sangat besar itu.
"Lohh..? Mass..! Dimaassuukiin seemmua yah..?" tanyaku.
"Taangguung, Saayang. Aku nggak tahhann..!" ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Entahlah,
kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua di
vaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang
kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis Mas Roni, sehingga
lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang
berat, batang penis Mas Roni semakin tertekan ke dalam vaginaku dan
melesak hingga ke dasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana
rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.
Tanpa
sadar aku pun mengimbangi genjotan Mas Roni dengan menggoyangkan
pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul-tenggelam di atas kasur
busa ditindih oleh tubuh besar Mas Roni. Semakin lama, genjotan Mas Roni
semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan
hebat. Clep.., clep.., clep.., clep.., begitulah bunyi batang zakar Mas
Roni yang terus memompa selangkanganku.
"Teerruss Maass..! Aakuu.. nggaak.. kuuaatt..!" erangku berulang-ulang.
Sungguh
inilah permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan. Aku
sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan terhadap suamiku. Mas Roni
benar-benar telah menenggelamkanku dalam gelombang kenikmatan. Persetan,
toh suamiku sendiri sering berkhayal aku disetubuhi lelaki lain.
Tidak
berapa lama kemudian, aku merasakan rasa nikmat yang luar biasa di
sekujur tubuhku. Badanku menggelepar-gelepar di bawah gencetan tubuh Mas
Roni. Seketika itu seperti tidak sadar, kucium lebih berani bibir Mas
Roni dan kupeluk erat-erat.
"Mmaass.. aakkuu.. haampiirr.. oorrgaassmmee..!" desahku ketika aku hampir menggapai puncak kenikmatan.
Tahu
kalau aku hampir orgasme, Mas Roni semakin kencang menghunjam-hunjamkan
batang kejantanannya ke selangkanganku. Saat itu tubuhku makin
meronta-ronta di bawah dekapan Mas Roni yang sangat kuat. Akibatnya,
tidak lama kemudian aku benar-benar klimaks!
"Kaalauu.. uudahh.. orrgassme.. ngoommoong.. Saayaang.. biaarr.. aakuu.. ikuut.. puuaass..!" desah Mas Roni.
"Oohh.. aauuhh.. aakkuu.. klimaks.. Maass..!" jawabku.
Seketika
dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Mas Roni, sedangkan
tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar
batang kemaluan Mas Roni dapat menancap sedalam-dalamnya.
Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Mas Roni juga menghentikan genjotannya.
"Aku belum keluar, Sayang. Tahan sebentar, ya..! Aku terusin dulu," ujarnya lembut sambil mencium pipiku.
Gila,
aku bisa orgasme walaupun posisiku di bawah. Padahal jika dengan
suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi di atas dulu. Tentu ini
karena Mas Roni yang jauh lebih perkasa dibanding suamiku, selain
batangannya yang memang sangat besar dan nikmat luar biasa untuk vagina
perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Mas Roni
memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja ketika Mas
Roni masih terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil
dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh besar Mas Roni. Clep..
clep.. clep.. clep. Kulirik ke bawah melihat kemaluanku yang tengah
dihajar batang kejantanan Mas Roni. Gila, vaginaku dimasuki penis
sebesar itu. Dan lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu
ternyata nikmatnya tidak terkira.
Mas Roni semakin lama semakin
kencang memompakan penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya
menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti
seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan
merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Mas Roni.
Maka aku balik membalas ciuman Mas Roni, sementara pantatku kembali
kuputar-putar mengimbangi penis Mas Roni yang masih perkasa
menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
"Kaamuu ingiin.. lagii.. Rii..?" tanya Mas Roni.
"Eehh.." hanya itu jawabku.
Kini kami kembali menggelepar-gelepar bersama.
Tiba-tiba Mas Roni bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Mas Roni di bawah.
"Ayoohh gaannttii..! Kaammuu yang di atass..!" kata Mas Roni.
Dengan
posisi di atas tubuh Mas Roni, pantatku kuputar-putar, maju-mundur,
kiri-kanan, untuk mengocok batang penis Mas Roni yang masih mengacung di
lubang vaginaku. Dengan agak malu-malu aku juga ganti menjilat leher
dan puting Mas Roni. Mas Roni yang telentang di bawahku hanya dapat
merem-melek karena kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh.., biisaa
kaan..! Kaatanya taa.. dii.. nggak.. bisaa..," ujar Mas Ronie sambil
balas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima
menit setelah aku berada di atas, lagi-lagi kenikmatan luar biasa datang
menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku ke batang
penis Mas Roni. Tubuhku yang ramping semakin erat mendekap Mas Roni. Aku
juga semakin liar membalas ciuman Mas Roni.
"Maass.. aakuu.. haampiir.. orgasmee.. laggii.. Maass..!" kataku terengah-engah.
Tahu
kalau aku akan orgasme kedua kalinya, Mas Roni langsung bergulung
membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang
terengah-engah, Mas Roni yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat
memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di
sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke
selangkanganku. Mas Roni kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku
semakin tidak menentu.
"Kalauu maau orgasmee ngomong Sayang, biaar leepass..!" desah Mas Roni.
Karena tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss..,
teruss.., akuu.. orgasmee Mass..!" desahku, sementara tubuhku masih
terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Mas Roni.
Belum
reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Mas Roni
mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat
seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tidak
dapat bergerak. Napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku juga
semakin keras dan cepat. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
"Rii.., akuu.. maauu.. keluuarr Sayang..!" erangnya tidak tertahankan.
Melihat
Mas Roni yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku
juga semakin erat memeluknya. Crot.. croot.. croot..! Sperma Mas Roni
terasa sangat deras muncrat di lubang vaginaku. Mas Roni memajukan
pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar
menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasakan lubang
vaginaku terasa hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari penis Mas
Roni.
Gila, sperma Mas Roni luar biasa banyaknya, sehingga
seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karena saking
banyaknya, sperma Mas Roni belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku.
Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk
beberapa saat Mas Roni masih menindihku, keringat kami pun masih
bercucuran. Setelah itu ia berguling di sampingku. Aku temenung menatap
langit-langit kamar. Begitupun dengan Mas Roni. Ada sesal yang mengendap
dalam hatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkawinanku,
itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.
"Maafkan aku, Ri. Aku telah khilaf dengan memaksamu melakukan perbuatan ini," ujar Mas Roni lirih.
Aku
tidak menjawab. Kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran
masing-masing. Bermenit-menit kemudian tidak sepatah kata pun yang
keluar dari mulut kami berdua.
Tiba-tiba Yani mengetuk pintu sambil berteriak, "Hee, sudah siang lho.., ayo pulang..!"
Dengan
masih tetap diam, aku dan Mas Roni segera beranjak, berbenah lalu
berjalan keluar kamar. Tanpa kata-kata pula Mas Roni mengecup keningku
saat pintu kamar akan kubuka.
"Hayo, lagi ngapain kok pintunya pakai ditutup segala..?" kelakar Yani.
"Ah, nggak apa-apa kok, kita cuman ketiduran tadi." jawabku dengan perasaan malu.
Sementara Mas Roni hanya tersenyum.
"Tenang aja, Mbak Riri. Aku janji nggak akan menceritakan ini ke orang lain kok..!" ujar Yani dengan masih cengengesan.
*****
Begitulah,
hingga seminggu setelah kejadian itu rasa sesal masih mendera
perasaanku. Selama itu hatiku selalu diketuk pertanyaan, kenapa akhirnya
aku harus mengkhianati suamiku. Hanya saja, ketika mulai menginjak
minggu kedua, tiba-tiba rasa sesal itu seperti menguap begitu saja. Yang
muncul dalam perasaanku kemudian adalah kerinduan pada Mas Roni.
Sungguh dadaku sering berdebar-debar lagi setiap kali kuingat kenikmatan
luar biasa yang diberikan Mas Roni saat itu. Aku selalu terbayang
dengan keperkasaan Mas Roni di atas ranjang, yang itu semua tidak
dimiliki suamiku.
Maka setelah itu, kami masih sering
jalan-jalan bersama dengan Mas Roni. Bahkan hampir rutin sebulan 2
sampai 4 kali aku dan Mas Roni selalu melepas hasrat bersama. Dan jelas
itu lebih menggelora lagi dibanding kencan kami yang pertama. Sementara
untuk menyembunyikan itu semua, aku bersikap biasa-biasa saja terhadap
suamiku. Ia juga masih sering merangsang diri dengan berfantasi aku
disetubuhi lelaki lain. Tetapi ia tidak tahu, sesungguhnya telah ada
lelaki lain yang benar-benar telah menyetubuhi isterinya. Dan aku tidak
pernah bercerita padanya. Ini hanya menjadi rahasiaku dan rahasia Mas
Roni.
Begitulah pembaca, kisah awal mula perselingkuhanku yang menjadi kenangan tersendiri hingga saat ini.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar