Saat
ini aku baru lulus SMA sedang cari tempat kuliah, tapi sudah 3 kota
kujelajahi tidak satupun yang aku rasa cocok, akhirnya aku kembali ke
kotaku. Sebut saja namaku Novita, saat ini usiaku 19 tahun, kata orang
yang mengenalku aku dianggap sebagai wanita penggoda ini disebabkan
bentuk tubuhku yang yahud dengan bodi montok dan seksi serta bibir tipis
dan kulit putih bersih bak mutiara. Orang bilang aku kayak bintang
sinetron, CK.
Awalnya aku dicap sebagai gadis penggoda yaitu ketika aku duduk di kelas
II SMA, aku mempunyai teman akrab, sebut saja Anggie. Dia pindahan dari
sekolah lain, selain sebagai siswa sekolah yang kutahu dia sebagai
pelacur jika di luar lingkungan sekolah. Di sekolah hanya aku yang
mengetahuinya, karena seringnya aku bergaul dengan Anggie, aku jadi
sedikit ketularan gaya pelacurnya, sehingga sekolah tahu kalau aku yang
menjadi pelacur. Karena Anggie-lah, aku sering menonton film porno
miliknya. Jadi kalau ada seorang lelaki yang kulihat ganteng ada di
sekolah pasti kuganggu dengan suitan-suitan.
Lelaki yang pertama kali kugoda adalah kepala sekolahku sendiri, sebut
saja Pak Lubis. Aku dan Anggie sedang ada di lorong sekolah, 1 minggu
lagi aku mau Ebtanas jadi pelajaran sudah berkurang, tapi banyak
guru-guru dari sekolah lain yang meninjau sekolahku karena mereka akan
jaga Ebta di sekolahku. Ada seorang guru dari sekolah lain sedang
melintas di depanku dan Anggie, orangnya sih imut jadi kugoda. "Suit..
suit.. Bapak, boleh dong kenalan sama Novita.." kataku ketika dia
melintas di depanku. Orang itu hanya tersenyum-senyum melihat ke arahku,
tapi aku tidak tahu kalau kepala sekolahku saat itu ada di belakangku.
Tiba-tiba telingaku dijewernya.
"Hayo.. kamu Novi.. ganggu orang aja yach.."
"Aduh.. sakit Pak.."
"Kamu ke kantor Bapak ya.. kamu ini.."
"Iya.. iya.. Pak.."
Dengan langkah terpaksa kuikuti kepala sekolahku ke kantornya. Pak lubis
ini memang terkenal galaknya. Ketika sampai di kantornya disuruhnya
duduk berhadapan terhalang meja kerjanya yang banyak sekali surat-surat
di atasnya.
"Tutup pintunya.. terus kamu duduk sini.."
"Iya.. Pak.."
Kututup pintu kantor Pak Lubis lalu duduk di hadapannya.
"Nov.. kamu ini.. ganggu orang.. aja.. kamu khan seminggu lagi ujian.. apa kamu nggak mau lulus?"
"Iya.. mau Pak.."
"Iya.. kamu belajar dong.. bukannya gangguin orang terus.. kalau kamu begitu terus saya nggak bisa beri kamu lulus.."
"Iya.. jangan dong Pak.. Novi.. pingin lulus Pak.. tapi Novi punya syarat deh.."
"Syarat apa.. pakai syarat-syarat segala.."
Aku tidak mengatakan apa-apa syaratnya, aku berdiri dan berjalan ke arah pintu kantor Pak Lubis.
"Hei.. kamu mau kemana? saya belum selesai."
Pintu kantor Pak Lubis kukunci lalu aku kembali ke arahnya, tapi aku
tidak duduk di kursi lagi, aku duduk di atas meja kerja Pak Lubis yang
Pak Lubis sedang duduk di kursinya melongo melihat tingkah lakuku. Arsip
di atas meja kusingkirkan. Aku berhadapan dengan Pak Lubis, kancing
bajuku kubuka satu persatu dan bajuku kusingkapkan sehingga BH-ku warna
pink dan perutku yang mulus dan putih telah terlihat oleh Pak Lubis,
lalu tanganku menggapai tangan Pak lubis yang berotot, tangan itu
kutuntun ke arah rok abu-abuku, lalu kusingkap rokku dan dengan bantuan
tangan Pak Lubis kuraih celana dalamku warna krem lalu kutarik hingga
betis, dan terpampanglah dengan jelas vaginaku dengan bulu-bulu halus di
depan mata Pak Lubis.
"Pak.. inilah syaratnya.. sekarang selesaikan yang ingin Bapak selesaikan.."
Pak Lubis hanya terbengong melihat tubuhku yang sudah kubuka untuknya
matanya terus menatap ke arah vaginaku. Nafasnya berubah menjadi semakin
liar.
"Nov.. ka.. kamu.. hgeehh.. vaginamu bagus sekali.. harum.. lagi.. ka.. kamu.. mau.. ya.."
"Iya.. Pak.. selesaikan aja sekarang."
Tiba-tiba tangan Pak Lubis meregangkan kakiku, sehingga semakin jelas
vaginaku terlihatnya. Pak Lubis setengah berdiri lalu lidahnya mulai
menyapu bibir vaginaku dengan lembutnya, yang membuat diriku jadi
menggelinjang karena baru pertama kali ini vaginaku dijilat seseorang,
yang mana sebelumnya hal ini hanya kulihat di film porno milik Anggie,
tapi sekarang aku merasakannya. Keringatku mulai keluar membasahi
bajuku, perutku juga mulai basah oleh keringat.
"Aaahh.. sshh.. Pak.. ee.. enak.. sshh.."
"Nov.. kamu baru pertama kali yach.. diginiin.."
"Iy.. iyahh.. Pak.. aahh.."
Vaginaku terus dijilat oleh lidahnya dengan rakus. Pada saat biji klitorisku terjilat, aku melenguh.
"Aaahh.. aarghh.. iya.. Pak.. di situ.. Pak.. enak.. sekali.. argh.. argh.."
"Iyah.. Nov.. Bapak.. juga suka.. rasanya manis sekali.. hheehh.."
Kepala Pak lubis kupegang dan kuelus lalu kujepit dengan pahaku, rasanya
aku tidak ingin kalau Pak lubis melepaskan lidahnya dari vaginaku. Dan
itu yang membuat Pak Lubis makin menggila menjilati vaginaku. Lima menit
setelah vaginaku mulai basah entah oleh cairan atau ludah Pak Lubis.
Pak Lubis menurunkan celana panjangnya dan di balik itu batang
kemaluannya yang sudah mengeras dan tegang seakan mendesak keluar dari
celana dalamnya yang membuat Pak Lubis merasa tidak enak sehingga dia
pun langsung melepaskan celana dalamnya dan muncullah batang kemaluannya
yang agak panjang kira-kira 15 cm dengan diameter kira-kira 3 cm dan
berurat menggelantung di tengah pahanya. Dipegangnya batang kemaluannya
lalu ditempelkan tepat di bibir vaginaku. Rasa batang itu agak hangat
menyentuh vaginaku.
"Nov.. masukkin.. sekarang yach.."
"Iya.. Pak.. punya Bapak kepalanya hangat deh.. batangnya pasti lebih hangat lagi.."
Tanganku merangkul lehernya, sedangkan tangan Pak lubis memegang kedua
pantatku yang bersandar di atas meja, lalu batang kemaluannya mulai
disodokkan ke vaginaku. Aku hanya bisa terpejam menahan sodokan
batangnya, karena memang vaginaku belum pernah ditembus apapun sehingga
batang itu meletot ke kiri dan ke kanan vaginaku.
"Nov.. vaginamu sempit sekali, kamu masih perawan yach.."
"Iya.. Pak, memang belum pernah ditusuk kok Pak.. baru pertama kali ini, coba jari Bapak dulu aja.."
Pak Lubis tersenyum seakan senang bisa membobol vaginaku untuk yang
pertama kalinya. Jarinya mulai mencoba dikorek-korekkan ke vaginaku, hal
ini membuatku menggelinjang. Sekitar lima menit jari itu menguak bibir
vaginaku agar makin lebar. Setelah itu dicobanya lagi batang kemaluannya
menusuk vaginaku, dihentaknya berkali-kali hingga baru yang kesepuluh
kalinya akhirnya batang kemaluan itu masuk ke dalam vaginaku walau hanya
setengah. Batang itu membuat aku terasa sesak nafas menahan hentakan di
dalam vaginaku. Selama batang itu dihentak aku hanya bisa memejamkan
mata menahan sakit yang sangat pada dinding vaginaku tapi ketika sudah
masuk setengah rasanya berubah menjadi nikmat yang sangat luar biasa.
"Arrgghh.. arrgghh.. mmgghh.. Pak.. enak.. Pak.. terus sodoknya.."
"Iya.. Nov.. heh.. heh.. vaginamu enak sekali, rasanya batangku diperas dalam vaginamu.. heh.. heh.. oh.. ohh.. oohh.."
Tangannya mulai mengusap
mengusap perutku lalu BH-ku ditariknya sehingga payudaraku yang montok
nan mancung berselimut kulit yang putih mulus dihiasi puting
kemerah-merahan terpampang jelas. Payudaraku diremasnya, lalu mulutnya
mulai melahap payudaraku, dihisap, dikenyot dan digigit. Mulutku yang
seksi dengan bibir merekah sekarang dikecup bibirnya sesekali lidahnya
memainkan lidahku hingga aku makin menggelinjang.
Tidak puas dengan gaya menyodok dari depan, badanku di atas meja
kerjanya diputarnya sementara batang kemaluannya masih terbenam dalam
vaginaku, jadi gaya sekarang doggie style, aku berpegangan pada sisi
meja kerjanya, vaginaku disodoknya dari belakang, hal ini membuatku
meronta-ronta ketika batangnya berputar di dalam vaginaku.
"Aaahh.. aahh.. Pak enak sekali.."
"Nov.. enakan gaya doggie style daripada gaya yang tadi.."
Sodokan batang kemaluan Pak Lubis seakan akan merobek vaginaku, hingga
hampir 25 menit kemudian tiba-tiba badanku kejang dan keluarlah cairan
dari dalam vaginaku dengan derasnya membasahi batang Pak Lubis yang
masih tenggelam di dalam vaginaku, saking derasnya sebagian menetes pada
meja kerjanya, cairan yang banyak sekali keluar dari vaginaku membuatku
lemas tak berdaya.
"Aaahh.. aarrgghh.. mmgghh.. Pak.. saya mau.. keluar.. nih.. Paakk.."
Sementara Pak Lubis makin mempercepat sodokan batangnya ke vaginaku yang
becek, pantatku yang putih mulus nan montok lagi dihisap dan digigit
mulutnya, dan 5 menit kemudian Pak Lubis akhirnya mencabut batangnya
dari vaginaku dan langsung muncrat cairan dari dalam batangnya dengan
deras membasahi pantat dan punggungku. "Argh.. argh.. argh.. Nov..
vaginamu memang enak sekali deh.. argh.. argh.. sshh.. sshh.."
Terduduklah Pak lubis di kursi kerjanya dengan lemas, sementara aku
masih tergeletak di atas meja kerja.
Tak lama kemudian ada suara ketukan di pintu, Pak Lubis sontak
membersihkan batangnya yang masih banyak cairan dengan celana dalamnya
sendiri, aku dibangunkan, vaginaku yang masih ada sisa cairan
dibersihkan dengan kertas kertas arsip yang ditemukan olehnya dan
menyuruhku pakai bajuku. Sisa cairanku yang tumpah di meja kerjanya
dibersihkan dengan sapu tangannya. Setelah aku dan Pak Lubis telah
berpakaian, dia menyuruhku keluar dari ruang kerjanya dan mempersilakan
tamu yang mengetuk masuk ruangan, rupanya yang mengetuk adalah wakil
kepala sekolah, Ibu Linda. Dengan langkah gontai kutinggalkan Pak Lubis
dengan Bu Linda. Aku pun pulang.
Hampir 5 hari aku tidak masuk sekolah, karena selangkanganku rasanya
sakit setelah disodok Pak Lubis untuk pertama kalinya. Aku masuk sekolah
hanya untuk mengetahui lokasi ujian Ebta, yang rupanya aku mendapat
lokasi di sebuah SMEA yang jauhnya 10 km dari sekolahku dan setelah
masuk ujian Ebta, hanya aku yang ada di SMEA itu tidak ada temanku dari
sekolah SMA-ku. Ujian Ebta berlangsung selama 5 hari, ketika hari
Jum'at, hari terakhir seusai ujian di saat aku jalan menuju halte, aku
dicegat oleh mobil Mercy, yang rupanya di dalamnya Pak Lubis.
"Nov.. sudah selesai ujiannya, mau saya antar?"
"Bolehlah Pak.."
Aku lalu masuk ke dalam mobil Pak Lubis dan kami pergi dari SMEA itu.
"Nov.. maaf yach kejadian di ruang kerja saya.."
"Ah.. nggak apa-apa koq Pak.."
"Terus terang sejak kejadian itu.. saya jadi kangen sama kamu.. kita
tidak bertemu hampir 2 minggu. Maaf yach.. Nov.. saya pingin kehangatan
dirimu lagi.. apa kamu mau melakukannya lagi..?"
"Nov.. juga kangen sama Bapak.. terserah Bapak lah saya mah ikut Bapak aja.."
"Terima kasih.. yach.. Nov.. kalau kamu bersedia."
Kulihat Pak Lubis tersenyum karena ajakannya tidak kutolak, kucium
pipinya sewaktu dia menyupir. Hari itu Pak Lubis mengajakku ke Ancol,
sampai di sana kami makan siang lalu sekitar jam 14.00, aku dan Pak
Lubis memesan sebuah kamar di Pondok Putri Duyung, begitu masuk kamar
dengan nafsu membara Pak Lubis dan aku langsung bugil, ditempelkan
badanku di dinding lalu Pak Lubis langsung menyodokkan batangnya ke
vaginaku dalam posisi berdiri, seakan aku digendongnya, hampir 1 jam
lamanya kami melakukan dengan posisi berdiri lalu dia memindahkan
tubuhku ke tempat tidur dengan posisi aku menggantungkan kakiku di sisi
tempat tidur dan disodoknya sementara batangnya masih terbenam di
vaginaku sejak posisi berdiri. Satu Jam kemudian ketika aku akhirnya
mengeluarkan cairan dan darah dari vaginaku dengan derasnya yang
membuatku lemas tak berdaya, kami ganti posisi lagi, sekarang kakiku
diletakkan di pundak Pak Lubis sehingga hujaman batangnya serasa lebih
masuk lagi ke vaginaku dan pada posisi yang ketiga ini kami lakukan
sampai 1 jam kemudian dan Pak Lubis pun mengeluarkan cairannya di dalam
vaginaku hingga aku merasakan kehangatan air maninya dalam vaginaku.
Tapi tenaga Pak Lubis sangat luar biasa, walau dia telah menyirami air
mani dalam vaginaku. Pak Lubis membalikan badanku yang lemas-lemasnya
untuk ganti posisi lagi dimana sekarang aku jongkok di badannya
sedangkan Pak Lubis tidur terlentang. Badanku dipegangi kedua tangannya
sedangkan vaginaku yang tertusuk batang kemaluannya, lalu badanku
dihentakkan naik-turun, gaya posisi ini kami lakukan selama 1 jam, lalu
setelah itu dia memegangi tubuhku lalu diputarnya badanku sehingga
posisi kami berubah lagi, badanku membelakanginya dan dikocoknya badanku
naik-turun, posisi inipun kami lakukan dalam 1 jam berikutnya hingga
aku mengeluarkan cairan lagi untuk kedua kalinya hingga aku agak tak
sadarkan diri karena kali ini cairanku keluar dengan darah yang agak
banyak. Dalam keadaan tubuhku yang sangat lemas, batang itu masih di
dalam vaginaku.
Pak Lubis merubah posisi lagi hingga ke-6 kalinya, kali ini aku nungging
di tempat tidur dan dia menyodok dengan keras sekali, posisi inipun
kami lakukan selama 1 jam hingga aku mengeluarkan cairan lagi yang
ketiga kalinya dan Pak Lubis juga kembali mengeluarkan cairan di dalam
vaginaku secara hampir bersamaan. Akhirnya setelah 6 jam vaginaku
dihujam habis-habisan oleh batang Pak Lubis dengan 6 posisi pula, aku
pun langsung pingsan diikuti Pak Lubis yang ambruk di tubuhku sambil
memelukku.
Aku terbangun dari pingsanku ketika aku sudah tiba di depan rumahku
kira-kira jam 23.00 malam. Sebelum aku turun dari mobil Pak Lubis aku
mencium bibir Pak Lubis.
"Pak.. makasih ya.. Nov.. benar-benar puas deh.."
"Nov.. Bapak yang harus terima kasih karena kamu bisa memuaskan saya
hampir 6 jam lamanya, kamu hebat.. Nov.. dan terima kasih kalau kamu mau
menerima air mani saya.. di vaginamu.."
"Nggak.. Nov.. yang terima kasih karena Bapak memberikan air mani Bapak.. buat Nov.."
Setelah itu aku turun dari mobilnya dan Pak Lubis langsung
meninggalkanku. Dengan langkah gontai aku masuk rumah dan langsung
tidur. Berhari-hari aku tidak turun dari tempat tidur karena
selangkanganku rasanya sakit sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar